x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Si Pencatut yang Kurang Pede

Seseorang mencatut nama orang lain untuk berlindung, meningkatkan pengaruh, dan agar dirinya terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Kamu bisa menjadi patriot atau pencatut (pengambil keuntungan)... tapi kamu tidak bisa menjadi keduanya.”

--Entah siapa

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di dunia bisnis maupun politik, membawa-bawa nama orang lain boleh jadi merupakan kelaziman. Jarang dibicarakan secara terbuka, tapi banyak pemainnya sudah tahu sama tahu. Ketika merundingkan urusan bisnis atau politik yang krusial, umpamanya, pelaku bisnis atau pemain politik akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Ketika ada pemain yang berani melakukannya secara terbuka, banyak orang terkejut.

Membawa-bawa nama orang lain adalah istilah yang terdengar lebih sopan ketimbang mencatut, yang terkesan lebih terus terang. Praktik mencatut dalam bisnis dan politik kekuasaan mirip praktik tukang catut di gedung bioskop tahun 1970an. Tukang catut memborong karcis untuk film-film laris dan menjualnya kepada calon penonton dengan harga lebih mahal dibanding harga loket. Tapi jelas, yang sekarang lebih canggih dan skalanya jauh lebih besar.

Mengapa seseorang membawa nama seseorang ketika berbicara kepada orang lain, tentu ada alasannya. Dalam bisnis, tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan finansial atau rente. Jika bisa memperoleh rente tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, maka tukang catut ini betul-betul hebat. Ia mampu memengaruhi pengambil keputusan bisnis dengan hanya bermodalkan kemampuan meyakinkan orang lain—membujuk, berunding, bila perlu sambil mengintimidasi. Mencatutnya di mana? Dengan mengatakan: “Sudahlah, Bapak X sudah setuju, saudara tak usah khawatir.”

Dalam politik pun serupa, tujuannya ialah memperoleh keuntungan politik terkait kekuasaan—harap maklum, yang ini bukan praktik mencatut sekelas calon karcis bioskop jaman dulu. Urusannya adalah untuk mempertahankan atau memperkuat kekuasaan. Si pencatut berkepentingan untuk memengaruhi proses politik sebab ini terkait dengan posisinya dalam percaturan politik. Bahkan, karena seringkali kepentingan politik dan bisnis saling berjalin, maka kepentingan bisnispun terkait.

Seorang pencatut akan membawa-bawa nama figur yang jabatannya lebih penting, wewenangnya lebih luas, dan pengaruh kekuasaannya lebih besar. Pencatuut berlindung di bawah payung nama orang yang ia catut. Istilahnya, nebeng wibawa sekaligus mengintimidasi dan menakut-nakuti. “Bapak tidak setuju kalau seperti ini,” ujar si pencatut yang tidak lupa menyebut kata Bapak untuk memberi tekanan yang beraroma primodialistik.

Dengan berlagak seperti itu, si pencatut seolah-olah mengatasnamakan Bapak Anu atau memperoleh pendelegasian wewenang untuk mewakili Bapak Anu. Padahal, Bapak Anu tidak tahu-menahu, tidak pernah mendelegasikan wewenang, bahkan tidak mau ikut campur dalam urusan yang sedang dibicarakan.

Meskipun begitu, ada pula pemain-pemain kakap yang menyediakan diri untuk dipakai namanya, dibawa-bawa dalam pembicaraan.  “Bilang saja, itu pesan saya,” kata figur ini kepada si pencatut. Dengan bersikap seperti itu, figur ini ingin memperlihatkan bahwa dirinya berpengaruh terhadap orang yang hendak diajak berbicara oleh si pencatut. Di sisi lain, ia juga tengah menanamkan rasa utang budi kepada diri si pencatut, sebab ia telah membantu dengan pengaruhnya.

Ada sisi lain yang kiranya juga patut dicermati dalam karakter seorang pencatut, yakni kebiasaan mencatut merupakan wujud ketidakpercayaan diri. Ia membawa-bawa nama orang lain untuk berlindung dalam suatu perundingan. Ia tidak merasa cukup kuat untuk memengaruhi orang lain dengan karismanya sendiri. Ia perlu menyebut nama seseorang yang berpengaruh dan berkuasa. Ia memerlukan penopang bagi punggungnya agar dirinya terlihat lebih besar dari yang sebenarnya. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler