x

Sejumlah mahasiswa menutup ruias jalan saat menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hertasning, Makassar, Sulawesi Selatan, 15 Januari 2016. Mereka juga berunjuk rasa, menolak putusan pemerintah terkait perpanjangan Kontran PT Freeport. TEMPO/Iqbal Lub

Iklan

Yan Lubis

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perpanjangan Kontrak Freeport Dibayangi Masalah Lingkungan

Isu lingkungan harus dikaji dengan teliti dalam memutuskan perpanjangan kontrak Freeport di Mimika

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sampai saat ini kita masih menunggu keputusan perpanjangan kontrak karya (KK) PT Freeport Indonesia (PTFI). Beberapa pasal masih menjadi tarik-ulur antara pemerintah dan manajemen PTFI: kenaikan royalti emas dan tembaga, divestasi saham, pembangunan smelter, pengurangan luas wilayah KK, dan penggunaan barang-jasa dalam negeri. Tambang besar di Papua ini juga harus memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Kita paham bahwa negosiasi tersebut berjalan alot dan maklum jika pemerintah sangat berhati-hati. PTFI adalah investor pembayar pajak besar (US$ 367 juta pada 2015); penyumbang ekonomi regional (38 persen dari produk domestik regional bruto Papua), dan mempekerjakan 30 ribu karyawan langsung serta 100 ribu karyawan tak langsung. Namun, sebagai industri ekstraktif, PTFI juga menimbulkan dampak lingkungan hidup amat signifikan di Kabupaten Mimika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kolom ini mengulas beberapa aspek lingkungan hidup sebagai pertimbangan penting dalam negosiasi kontrak. Isu lingkungan harus dikaji dengan teliti sehingga tidak menjadi masalah serius di kemudian hari bagi pihak mana pun yang akan melanjutkan penambangan. Alih-alih mendapat durian runtuh, jangan kita malah mendapat sampah kulit durian.

Dampak lingkungan penambangan PTFI yang sekaligus tantangan terbesar pada pengelolaannya adalah tailing atau "sirsat" (pasir sisa tambang). Selama ini PTFI mengalirkan sirsat ke Modified Aijkwa Deposition Area (ModADA) atau area pengendapan di hulu sungai Aijkwa-Otomona. Jumlahnya sekitar 200 ribu ton per hari. ModADA dibatasi dua buah tanggul di kanan-kiri dengan panjang total sekitar 100 km. Sungai Aijkwa telah dikeluarkan dari ModADA dan sekarang bersih, tidak mengandung sirsat lagi. Menjelang akhir masa tambang, Sungai Otomona juga akan dikeluarkan. Dua tanggul itu harus dikelola terus agar tidak jebol dan sirsat tidak meluber ke Kota Mimika di sebelah barat dan Taman Nasional Lorentz di timur.

Dalam penambangan mineral, batuan penutup disingkap, ditimbun, dan distabilkan agar tidak terjadi air asam tambang. PTFI mengelola timbunan tersebut di Wanagon Bawah. Sampai 2023, penetralan harus dilakukan secara berlanjut agar air asam tambang tidak mencemari lingkungan.

Pada 2017, penambangan di Grasberg akan selesai. PTFI merencanakan operasi tambang bawah tanah dengan metode ambrukan (block caving). Sistem ini baru pertama kali dipakai di tambang bawah tanah di Indonesia dan bahkan mungkin di dunia. Sistem penambangan ambrukan penuh risiko dan harus dilakukan tanpa jeda. Jika terhenti, ambrukan mungkin sekali akan menutup cadangan bijih yang masih tersisa di bawah tanah.

Dari segi lingkungan hidup, sistem itu akan banyak menghasilkan senyawa pyrite, yang akan menjadi air asam tambang. Karena sistem penambangan ini berbeda dari Grasberg, senyawa ini harus dikelola khusus dengan pemipaan ke dataran rendah dan ditampung dalam kolam-kolam khusus kedap udara--teknologi yang belum pernah dipakai di Indonesia dan bahkan mungkin di dunia. PTFI akan menanamkan dana US$ 15 miliar di proyek tambang bawah tanah dan mungkin menjadi faktor penting dalam negosiasi KK.

Ada pula masalah penambang liar dan pembalakan hutan. Sekarang diperkirakan ada 10 ribu penambang liar di area pengendapan sirsat. Jika penambangan berhenti, tidak akan ada produksi sirsat baru. Komunitas penambang liar diduga akan menggunakan merkuri, bahan beracun untuk mendulang emas, dari sirsat lama. Selama ini, PTFI secara tidak langsung juga menjadi "penjaga" hutan dan keanekaragaman hayati Mimika. PTFI pernah membayar PT Jayanti untuk tidak memotong hutan konsesinya yang berdekatan dengan area KK. Tanpa "penjaga", tidak mustahil pembalak akan membabat hutan di Mimika dan merambah Taman Nasional Lorentz.

Melihat isu-isu lingkungan hidup yang serius tersebut, apakah penambang/investor lain bisa melakukan pengelolaan yang sama atau lebih baik dibanding PTFI? Pilihannya terbatas hanya pada perusahaan-perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 Global, seperti BHP, Rio Tinto, dan Newmont. Mereka punya visi, misi, dana, dan teknologi untuk mengelola lingkungan pertambangan skala besar seperti PTFI di Mimika. Sayang sekali, situasi pasar mineral dunia tidak kondusif bagi penambang besar untuk menanamkan miliaran dolar dengan risiko tinggi.

Bagaimana dengan penambang yang tidak masuk skala Fortune? Tanpa bermaksud merendahkan, sudah ada beberapa kasus kemerosotan kualitas lingkungan hidup di Tanah Air ketika investor tambang multinasional diganti dengan investor baru yang tidak setara dengan investor sebelumnya. Dari aspek lingkungan, risikonya amat besar bagi kehidupan masyarakat dan ekologi Mimika.

Lantas, apakah PTFI telah sempurna? Tidak. Masih banyak program perlu diperbaiki dan peraturan perlu ditaati. Namun pengalaman selama 50 tahun telah membentuk PTFI sebagai penambang yang cukup tangguh untuk mengelola lingkungan hidup di Mimika. Perusahaan ini telah mengenal wilayah tambang dengan ekologi, topografi, iklim, keragaman hayati, serta kondisi sosio-ekonomi-budaya yang amat ekstrem di dunia. Penambang baru akan memerlukan waktu cukup lama dan kurva belajar yang terjal, seterjal jalan poros dari Pelabuhan Amamapare sampai ke tambang Grasberg di kaki pegunungan Jayawijaya.

Rusdian Lubis, penasihat senior lingkungan hidup PT Greencap dan mantan pejabat PT Freeport indonesia

*) Artikel ini terbit di Koran Tempo edisi Senin, 16 Mei 2016

Ikuti tulisan menarik Yan Lubis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler