x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Andai DiCaprio Jadi Rumi

Pencalonan Leonardo DiCaprio untuk bermain sebagai Jalaluddin Rumi, pujangga mistis dari abad ke-13, menuai protes. Bukan sekedar miscasting?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Mengapa keinginan David Franzoni agar Leonardo DiCaprio memainkan karakter Jalaluddin Rumi dalam film yang naskahnya ia tulis menuai protes? Penikmat film niscaya tidak meragukan kemampuan DiCaprio, peraih penghargaan Oscar aktor terbaik 2016 melalui The Revenant, untuk memerankan sosok pujangga abad ke-13 itu.

Kritik itu terfokus pada fakta bahwa DiCaprio berkulit putih. Pilihan Franzoni, penulis skenario Gladiator yang meraih penghargaan Oscar 2010 untuk penulis naskah terbaik, dianggap oleh para pecinta Rumi sebagai penafikan sejarah bahwa Rumi berdarah Afganistan. Franzoni, sedari awal, memang berniat menantang stereotipe tentang sosok Rumi selama ini dan ingin mengubah citra karakter Muslim di dunia pergilman Barat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ide Franzoni memilih DiCaprio itu dianggap sebagai cara untuk menyirnakan imaji pecinta Rumi tentang seorang pujangga spiritualis berwajah Timur. Keinginan Franzoni itu dapat pula dilihat sebagai kecemburuan seorang Barat karena tak memiliki sosok spiritualis seperti Rumi.

Di Barat, Rumi memang dipuja bak selebritas. Meskipun ia sudah berpulang pada 1273, tapi syairnya, kedalaman perasaannya, dan wawasan mistisnya menjadikan Rumi pujangga yang masih dirayakan hingga kini di mana-mana—barangkali menyerupai Umar Khayyam. Sembilan tahun yang lalu, Unesco merayakan 800 tahun kelahiran Rumi dengan menggelar serangkaian acara. Kini, Franzoni bersama produser Stephen Brown ingin membuat filmnya.

Rumi bukan sekedar ikon peradaban Muslim, tapi dianggap sudah mewarnai budaya global—terutama di Barat, kehausan akan spiritualitas malah kerap dipenuhi oleh syair-syair Rumi, juga Khayyam yang hidup pada abad sebelumnya. “Ia seperti Shakespeare,” kata Franzoni seperti dikutip sebuah media. “Ia karakter dengan banyak bakat dan bernilai bagi masyarakatnya dan orang-orangnya, dan beresonansi hingga hari ini.”

Ide Franzoni mencalonkan DiCaprio dibalas protes melalui tagar #RumiWasntWhite. Sebagian orang membandingkan penolakan terhadap Idris Elba untuk memainkan karakter James Bond karena warna kulitnya gelap. Seperti juga protes saat seorang aktris berkulit hitam memerankan Hermione Granger dalam pentas teater Harry Potter and the Cursed Child. James Bond mesti putih. Hermione Granger mesti putih.

Penolakan dan protes mengalir sekalipun Bond dan Granger hanyalah karakter fiktif—bahkan, J.K. Rowling tidak keberatan karakter Granger dimainkan oleh pemain berkulit hitam, sebab dalam novelnya Rowling tidak pernah menyebut Granger berkulit putih. Lantas bagaimana dengan Rumi sebagai sosok historis yang jelas-jelas pernah hidup? Dapatkah ini dianggap sebagai upaya mengubah fakta dan sejarah seperti yang dituduhkan pemrotes? Apakah pilihan terhadap DiCaprio dapat dianggap sebagai ‘pemutihan yang serius’ terhadap sosok Rumi? Dapatkah ini dianggap sekedar miscasting? Ataukah aksi Franzoni mewakili pencarian Barat terhadap sosok spiritual yang karyanya terus dikutip hingga kini karena mereka tidak menemukan sosok serupa di belahan buminya sendiri? ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler