x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membaca Buku Bagai Menyantap Hidangan Lezat

Berapa jam waktumu tersedia untuk membaca buku dalam setiap pekan? Satu jam saja?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Saya tahu, Anda sibuk—mungkin sangat sibuk. Bahkan, di hari Minggu sekalipun, Anda masih mengurus pekerjaa kantor. Atasan menunggu laporan Anda ada di mail box-nya paling lambat Minggu malam. Kepada Anda, ia mengirim pesan: “Saya perlu membaca sebelum presentasi besok.” Atasan menghadapi tekanan, dan ia meneruskan tekanan itu kepada Anda.

Bila demikian sibuk, bahkan mungkin hal itu terjadi setiap pekan, kapan Anda punya waktu untuk membaca? Biarpun pekerjaan Anda tidak terkait dengan urusan membaca buku—pengajar, penerjemah, editor, ataupun penulis; membaca buku tetap Anda perlukan. Mengapa? Anda perlu memelihara koneksi dengan ide-ide baru dari berbagai belahan dunia, cerita-cerita seru dengan beragam genre, dengan gaya penulisan yang beraneka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, banyak orang membaca karena kewajiban atau tugas: besok ujian, membuat laporan, menulis skripsi, atau sedang mengikuti pelatihan menulis ulasan buku. Andai Anda tahu bahwa membaca itu tidak ubahnya menyantap hidangan lezat yang dilengkapi dengan hidangan pembuka, penutup, maupun minuman segar. Terlebih bila hidangan itu diciptakan oleh para chef yang jago.

Membaca buku adalah mengisi ulang baterai dengan arus listrik, sebab daya baterai lama sudah terkuras untuk menjawab berbagai tantangan. Masuknya arus baru akan menyuntikkan ide, horison pengetahuan, hingga gairah baru. Siapapun yang menemukan kesenangan dalam membaca buku akan tahu bahwa aktivitas ini bukanlah kewajiban atau tugas, melainkan kebutuhan.

Saya teringat kata-kata maestro cerita thriller Stephen King, “Bila kamu tidak punya waktu untuk membaca, kamu tidak punya waktu untuk menulis.” Bagi siapapun yang senang menulis, membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang tautannya amat erat. “Hidup sudah berat, mengapa dibuat semakin berat dengan membaca buku?” ini kata-kata yang pernah saya dengar.

Membaca itu berat bila kita menganggapnya bukan kebutuhan yang menyenangkan, melainkan kewajiban. Maka, bolehlah kita bertanya kepada diri sendiri: “Berapa jam waktu yang saya sediakan untuk membaca? Berapa buku sudah saya baca dalam setahun yang baru lalu? Berapa buku baru yang saya beli bulan ini?” Bandingkan jawabannya dengan kegiatan kita lainnya, yang bisa menghabiskan berjam-jam.

Bagaimana jika kita mulai membaca 1 jam sehari, diawali dengan buku yang paling ingin kita baca—tak mesti buku baru, boleh fiksi, bisa pula non-fiksi. Menemukan kenikmatan dalam menyusuri cerita dan gagasan lewat deretan ribuan huruf mula-mula mungkin terasa berat. Huruf, kata, kalimat, dan alinea menjadi sarana penulis untuk menyampaikan cerita dan idenya; dan kita menangkapnya, mengolahnya, mencernanya—dari sini kita dapat menemukan kenikmatan layaknya hidangan lezat yang disajikan empu juru masak.

Ketika banyak orang semakin kurang peka inderanya terhadap dunia sekelilingnya, membaca buku sangat membantu mengasah kembali kepekaaan itu: menangkap gagasan dengan pikiran, meresapi suasana dengan hati, dan ketika kita ‘masuk’ ke dalam buku, indera kita berfungsi begitu hebat: mendengar derap langkah sosok yang diceritakan, melihat apa yang terjadi di sebuah kedai, mencium aroma parfum seseorang yang berlalu di kegelapan, merasakan pahitnya obat penyembuh—yang semua itu hanya dan hanya dilukiskan dalam kata-kata.

Maka, salah satu kenikmatan dalam membaca yang saya peroleh ialah saya tidak kehilangan imajinasi saya sekalipun saya tengah membaca kisah yang diimajinasikan penulisnya. Bahkan, ketika saya membaca karya non-fiksi, misalkan tentang hidup John Nash yang ditulis Sylvia Nasar, saya merasakan kegetiran matematikawan yang hidup bersama skizoprenia ini.

Di saat-saat seperti itu, saya merasa membaca buku bukanlah kewajiban, melainkan kebutuhan. Ya, kebutuhan untuk melanjutkan hidup. (foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB