x

Pemain timnas Jerman, Mesut Oezil (tengah), dan pemain Hungaria, Balasz Dzsudszak, dalam laga persahabatan di Gelsenkirchen, Jerman, 4 Juni 2016. Kemenangan Jerman dibantu oleh gol bunuh Adam Lang di menit ke-39. REUTERS/Wofgang Rattay

Iklan

Sunu Dyantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang Lamongan dan Gairah Jerman

Oezil, si raja assist, adalah keturunan Turki yang kini bermain untuk Arsenal, telah masuk tim nasional Jerman sejak tujuh tahun lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Menyaksikan Mesut Oezil memberi umpan matang kepada Bastian Schweinsteiger yang melahirkan gol, saya jadi teringat akan suasana malam di Jerman yang begitu bergairah berkat kehadiran para pendatang dariTurki. Gol di masa injury time ini mengantarkan tim sepak bola nasional Jerman menang 2-0 melawan Ukraina dalam pertandingan perdananya di Piala Eropa 2016 di Prancis, Senin dinihari 13 Juni lalu.

Di sejumlah kota besar Jerman, Berlin misalnya, kehadiran imigran Turki mampu membunuh sepi kota ketika malam mulai menunjuk jarum sepuluh. Pada musim gugur, apalagi musim dingin, malam di Berlin tak ubahnya Bantul yang ngelangut dan dingin. Warung Turki di pojok-pojok kota membantu malam lebih bercahaya. Kehangatan anak muda keturunan Turki yang tengah bercengkerama membuat kota tak segera bungkam ditimpa malam. Setidaknya, ada 2,8 juta orang Turki hidup di Jerman yang berpenduduk 81 juta jiwa.

Oezil, si raja assist, adalah keturunan Turki yang kini bermain untuk Arsenal, telah masuk tim nasional Jerman sejak tujuh tahun lalu. Selain Oezil, ada Emre Can dan Ilkay Guendogan yang merupakan pemain berdarah Turki yang bermain untuk tim Der Panzer Jerman. Di dalam tim, Oezil dan Schweinsteiger, juga Toni Kroos, Jerome Boateng, Mats Hummels, dan Thomas Mueller, memainkan sepak bola yang sejauh ini telah menyumbangkan trofi Piala Dunia 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gocekan Oezil di Tim Jerman bak mewakili lincah orang rantau Turki mencari penghidupan di Jerman. Pendatang Turki juga mengingatkan kita akan banyak orang Lamongan "diaspora” yang membuka warung tenda pecel lele pinggir jalan di hampir seluruh kota di Indonesia. Seperti warung pecel lele Lamongan, kedai kebab milik imigran Turki menjadi penolong mereka yang kelaparan pada tengah malam. Warung kebab juga tumpuan mencari sahur ketika suhu menggigilkan tubuh menjelang imsak.

Jika pada Piala Eropa kali ini Oezil berperan penting menolong timnya, agaknya ia akan menjalankan tugas itu dengan baik hingga target juara ada di tangan. Pada pertandingan kedua, Oezil bermain kurang bagus, Jerman ditahan seri 0-0 oleh Polandia. Bermain di Grup C, Jerman bersaing dengan Ukraina, Polandia, dan Irlandia Utara. Anak imigran Turki kelahiran Gelsenkirchen ini masih menjadi salah satu pemain andalan pelatih Joachim Loew. Kepada Oezil, Loew berharap ia menjadi motor serangan. Dua tahun lalu, Oezil telah membuktikannya di Piala Dunia.

Harapan pedagang kebab Turki, sama dengan Loew, kembali menyaksikan Oezil bermain hingga puncak pertandingan pada Selasa dinihari 11 Juli nanti, dan juara. Semula, kesetiaan dukungan masing-masing imigran Turki terbelah karena baik Jerman maupun Turki berlaga pada putaran final. Situasi berubah setelah Turki kalah dalam dua kali tanding di grup D sehingga gagal masuk 16 besar. Loyalitas dukungan imigran Turki kembali menggumpal kepada Oezil dan tim Jerman.

Ikuti tulisan menarik Sunu Dyantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB