x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Betapa Ponsel Mengendalikan Hidup Kita

Kemajuan teknologi membuat kita lebih sibuk dengan hal-hal yang bukan prioritas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Berapa jam waktu kita tanpa telepon seluler di tangan? Barangkali hanya sepanjang waktu tidur kita—bila enam jam kita tidur, berarti tiga perempat hidup kita tidak lepas dari telepon. Generasi yang lahir dan besar di era Internet dan telepon seluler tidak pernah mengalami hidup tanpa hape. Yang ada hanyalah telepon rumah dan kantor (fixed line) serta telepon umum; komunikasi lewat telepon sangat terbatas dan lebih untuk urusan-urusan penting. Tidak setiap keluarga memiliki sambungan telepon rumah. Menariknya, hidup kita aman-aman saja, hepi-hepi saja. Tanpa rasa cemas.

Telepon seluler dan internet memang menciptakan koneksi yang luar biasa. Jarak diringkus dan waktu bukan lagi penghalang—seorang eksekutif dapat menelpon anak buahnya pukul 10 malam tanpa rasa bersalah. Bila percakapan telepon tidak terjadi, masih ada email, line, dan aplikasi lain untuk mengirim pesan. Kemudahan ini membuat kita jauh lebih sibuk: mengirim pesan dan membalas. Jari-jemari kita bekerja lebih keras dibanding masa-masa sebelum kehadiran telepon seluler, laptop, dan internet.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untungnya, email dan line tidak mampu menggantikan sepenuhnya percakapan langsung—tatap muka maupun lewat telepon. Secara virtual kita selalu ‘on’ atau terkoneksi dengan ‘dunia lain’. Kita selalu dalam kondisi siap untu mengakses email, line, maupun media sosial lain agar tidak tertinggal dari percakapan publik yang lagi ngetren. Namun, kesibukan ini membuat percakapan riil jadi berkurang, padahal tidak setiap urusan dapat diselesaikan di dunia virtual.

Ketika sejumlah orang pergi untuk makan bersama di sebuah resto, yang terjadi bukan percakapan riil; masing-masing orang sibuk memperhatikan layar hape. Barangkali, percakapan di antara mereka terjadi di dunia virtual, sekalipun mereka duduk saling berhadapan. Tapi, bisa pula, masing-masing mengembara ke jagat virtual atau berbicara secara virtual dengan orang yang jauh jaraknya dan mengabaikan orang yang duduk di hadapannya. Atau mengomentari rumor dan gosip, atau merisak seseorang—pernahkah kita berpikir sejauh mana kita telah berubah menjadi orang yang senang berkomentar negatif di media virtual?

Tantangan kita ialah menjaga agar percakapan di dunia nyata tetap berlangsung. Tidak semua urusan dapat diselesaikan lewat email atau line. Keinginan untuk menyelesaikan perselisihan, yang terjadi justru sebaliknya karena penyelesaian perbedaan pendapat dilakukan bukan melalui percakapan riil. Salah menafsirkan pesan SMS, email, atau tidak tertangkapnya suasana hati sangat mungkin terjadi dan ini memperburuk perselisihan.

Saat menonton konser musik kita lebih sibuk merekam aksi pemusik di panggung, kemeriahan penonton yang berjingkrak-jingkrak, membuat foto selfie, sehingga kita lupa menikmati pertunjukan. Kita sibuk merekam dan kehilangan kesempatan menikmati musik yang dimainkan, padahal kita membayar tiket cukup mahal. Kita kehilangan ‘momen mengalami’, mungkin sebagian, bila tidak seluruhnya. Bahkan, ketika konser masih berlangsung, kita sibuk memasang status dan foto untuk menunjukkan kepada publik kita sedang berada di mana dan sedang apa.

Tantangan yang lebih besar ialah mengembalikan kendali hidup ke tangan kita, tidak membiarkan teknologi mengatur apa yang mesti kita lakukan. Teknologi mutakhir memang demikian menggoda dan bahkan cenderung memaksa (compelling)—orang rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan iPhone seri terbaru hanya karena ingin jadi orang-orang pertama yang memilikinya.

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dalam dua dasawarsa terakhir memperlihatkan betapa kekuatan dan pesona teknologi sanggup mengalihkan pusat perhatian kita dari apa yang semestinya jadi prioritas sebagai individu. Meskipun, manfaatnya tak bisa dipungkiri. (sumber foto: telegraph.co.uk) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB