x

Pemain Italia, Eder, berselebrasi usai mencetak gol, disaksikan pemain Swedia Kim Kallstrom (kiri) dan Andreas Granqvist dalam laga Piala Eropa 2016 di Stadium de Toulouse, Toulouse, 17 Juni 2016. Italia menjadi tim kedua yang lolos ke babak 16 besar

Iklan

Junaidi Abdul Munif

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

De Javu Gol Roberto Baggio

Menarik mengikuti kiprah Italia 2016, yang datang dengan skuad medioker, tetapi memberikan kejutan di laga pembuka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyaksikan gol Eder ke gawang Swedia di Piala Eropa 2016, ingatan saya langsung melenting pada semifinal Piala Dunia 1994, antara Italia Vs Bulgaria. Azzuri mendapat lemparan ke dalam dari sisi kiri lapangan permainan. Roberto Dona Doni melempar bola ke Roberto Baggio, dan dengan gerakan lincah “Si Kuncir Kuda” menggiring bola menyampingi gawang Bulgaria, mengecoh pemain-pemain Bulgaria. Pertunjukan itu ditutup dengan Baggio melesakkan bola ke arah kiri kiper Bulgaria. Gol!

            Seperti itulah gol tunggal Italia ke gawang Swedia, pada Jumat malam lalu. Bermula dari Chiellini mengambil lemparan ke dalam, bola dilambungkan jauh kepada Simone Zaza yang menanduk bola ke arah Eder. Dan persis seperti Baggio pada 1994, Eder melewati pemain-pemain Swedia, dan mengirim bola ke sebelah kiri kiper. Gol pun tercipta di tengah permainan yang boleh dibilang sangat monoton.

            Roberto Baggio pada 1994 adalah bintang yang dikenang karena kegagalan penaltinya yang legendaris di partai puncak kala bersua dengan Brasil. Tapi ia pastinya juga layak dikenang sebagai gladiator yang berkontribusi atas 5 dari 6 gol Italia di sistem gugur. Suatu kebetulan juga, satu gol Italia ke gawang Spanyol di babak perempat final, dicetak oleh Baggio yang lain: Dino Baggio.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Banyak yang menyebut Italia 2016 adalah tim semenjana. Nama-nama pemain Italia boleh jadi asing bagi penggemar bola kebanyakan, di tengah hegemoni Liga Inggris dan Spanyol. Hanya Buffon, De Rossi, dan Barzagli yang merupakan sisa-sisa kejayaan Italia 2006 kala merebut trofi juara dunia.

            Sepakbola Italia boleh disebut kini liga kasta ketiga. Tidak ada alien yang bermain di Serie A, sebagaimana liga Spanyol diributi persaingan dua makhluk luar bumi: Messi dan Ronaldo. Tapi dari situlah sebenarnya Liga Italia, dan pada akhirnya Timnas Italia sendiri, masih berisi manusia-manusia yang saling bergantung dalam permainan sebagai sebuah tim.

            Menarik mengikuti kiprah Italia 2016, yang datang dengan skuad medioker, tetapi memberikan kejutan di laga pembuka dengan mengubur Belgia yang datang ke Perancis dengan generasi emasnya. Ketiadaan Andrea Pirlo sebagai regista memang mengkhawatirkan. Tapi wajib diingat bahwa Italia dengan Pirlo sudah habis pada Piala Dunia 2014.  

            Italia 2016 menguarkan kembali khittah sepakbola sebagai permainan tim. Patut menanti apakah Italia tahun ini sama, atau mirip dengan Italia 2006, ketika tidak ada pencetak gol yang dominan. Pemain dengan jumlah gol terbanyak Italia 2006 hanya Luca Toni dan Marco Materazzi, di mana masing-masing mencatatkan dua gol.

            Mungkin sudah menjadi takdir, Italia adalah tim yang sedikit mencetak gol. Mereka seperti (dipaksa) setia memeluk takdirnya sebagai tim dengan pertahanan grendel a la cattenacio. Maka tidak mengherankan jika bakat-bakat bek di Italia tidak pernah mengalami putus generasi. Pasca Baresi-Bergomi, disambung Maldini-Costacurta, lalu Cannavaro-Nesta, dan kini trio Juventus: Chiellini, Bonucci, dan Barzagli.

            Tipikal gol seperti yang dicetak Baggio dan Eder bisa menjadi pilihan cara mencetak gol untuk tim yang tidak dianugerahi bakat-bakat par exelence menggocek si kulit bundar. Selain berharap gol dari situasi bola mati tendangan bebas. Perlu dilakukan kejelian dalam memberikan umpan lewat lemparan ke dalam. Pada Chiellini, kita melihat betapa bertenaga lemparannya, bukan sekadar lemparan untuk dipantulkan kembali. Dan di masa depan kita akan disuguhi gol-gol dengan assist dari lemparan ke dalam. Asyik bukan?

 

oleh

Junaidi Abdul Munif

Ikuti tulisan menarik Junaidi Abdul Munif lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB