x

Bek Italia Giorgio Chiellini, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Spanyo pada pertandingan babak 16 besar Piala Eropa di Stade de France, Saint-Denis, Paris, 27 Juni 2016. REUTERS/John Sibley

Iklan

Junaidi Abdul Munif

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Siklus 12 Tahun Italia

Orang Jawa memahami mitos sebagai ngelmu titen, semacam ilmu untuk menandai sesuatu yang terjadi berulang-ulang, dengan pola yang sama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sepakbola kerap menghadirkan mitos, statistik yang berulang, dan sering disebut sebagai sepakbola di “atas kertas”. Orang Jawa memahami mitos sebagai ngelmu titen, semacam ilmu untuk menandai sesuatu yang terjadi berulang-ulang, dengan pola yang sama.   

Kegagalan Belanda lolos ke Perancis setidaknya mengulang mitos kegagalan Italia (juara 3 Piala Dunia 1990), Swedia (juara 3 PD 1994), Kroasia (juara 3 PD 1998), dan Turki (juara 3 PD 2002) yang tidak lolos di Piala Eropa dua tahun berikutnya. Pada PD 2014, Belanda adalah juara ketiga, bukan?  

Italia menjadi contoh menarik tentang mitos berupa siklus 12 tahun mencapai final. Di ajang Piala Dunia, sejak edisi 1970 di Mexico, Italia mengalami siklus 12 tahun sekali masuk final. Tim yang mashur dengan cattenacio ini sampai babak final pada PD 1970, 1982, 1994, dan 2006. Final-final tersebut pun menghasilkan statistik yang menarik.

Secara berurutan, Italia menjadi runner up, juara, runner up, dan juara pada tahun 2006. Mitos tambahannya adalah Italia menjadi juara dunia justru ketika sepakbola dalam negerinya dirundung skandal calciopolli (pengaturan skor), pada 1982 dan 2006. Kalau siklus ini masih berlaku, fans Gli Azzuri setidaknya bisa berharap saat World Cup 2018, Italia akan mencapai final kembali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada gelaran Piala Eropa, siklus 12 tahun Italia berlaku sejak Euro 2000. Italia mencapai final dan kalah dari Perancis lewat gol sudden death David Trezeguet. 12 tahun kemudian, pada Piala Eropa 2012, Italia kembali masuk final, dan kali ini kalah telak 4-0 dari Spanyol.

Turnamen tahun ini Italia berjumpa dengan Spanyol di perdelapan final, yang menjadi ulangan final Piala Eropa edisi sebelumnya. Partai yang dianggap terjadi terlalu dini untuk pertandingan yang mempertemukan dua tim tradisional Eropa. Spanyol menjadi batu sandungan Italia, di mana tim Matador menang di perempat final Euro 2008 (adu pinalti) dan empat tahun kemudian menggagalkan mimpi Italia untuk juara pada tahun 2012. Kekalahan atas Spanyol berlanjut di Piala Konfederasi 2013, kembali lewat adu pinalti.

Namun, Italia tercatat mampu menghapus mitos gagal adu pinalti. Tercatat, pada Piala Dunia 1990, 1994, dan 1998, Italia tumbang di karena tos-tosan dua belas pas. Baru pada 2000 di Piala Eropa, mereka berhasil menghapus mitos tersebut kala menang atas Belanda. Jadi patut ditunggu, apakah Italia mampu melawan mitos siklus 12 tahun tersebut. Konon, sepakbola itu bukan permainan di atas kertas.

 

Pengirim

Junaidi Abdul Munif

Penonton Sepakbola 

 

    

Ikuti tulisan menarik Junaidi Abdul Munif lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler