x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bila Letih, Pulihkanlah Dulu Dirimu

Berhenti bekerja tidak sama dengan memulihkan kondisi diri bila pikiran masih tertaut dengan pekerjaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak orang berhenti bekerja di kantor sebab jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Alih-alih merasa senang karena dapat segera beristirahat, mereka pulang justru dengan rasa gelisah dan mungkin cemas karena pekerjaan belum selesai. Sesampai di rumah, mereka masih memikirkan solusi terbaik dan tertidur sembari membawa pikiran tentang pekerjaan esok hari.

Faktanya pula, atasan menelpon ketika rasa kantuk sedang mencapai puncaknya dan membuat kita terjaga kembali namun tanpa kesadaran penuh. Kita dipaksa memikirkan solusi pekerjaan di tengah tubuh, pikiran, dan emosi memerlukan istirahat. Optimalkah hasilnya?

Barangkali dapat dikutip catatan penting Arianna Huffington dalam bukunya, The Sleep Revolution. Ia menulis: “Kita mengorbankan tidur atas nama produktivitas, tapi ironisnya, meskipun tindakan itu menambah jam ekstra untuk bekerja, namun hilangnya waktu tidur kita telah menambah hilangnya produktivitas sebanyak 11 hari per tahun untuk setiap pekerja.”

Tidur pada akhirnya bukan sekedar berhenti dari bekerja dan berpikir, tapi memulihkan kondisi tubuh, pikiran, dan emosi—yang bersama waktu merupakan sumber daya penting kita dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Keputusan yang salah seringkali diambil ketika kondisi kita sedang lelah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian orang mungkin berbicara tentang daya tahan dalam bekerja. Kita sering membayangkan betapa banyak pekerjaan yang dapat kita selesaikan ketika tengah bepergian dengan pesawat atau kereta. Sayangnya, kita ternyata hanya sanggup duduk tanpa berbuat apa-apa. Kita menyangka dengan duduk dan tertidur di pesawat, kita telah kehilangan waktu produktif dan daya tahan kita rendah karena tidak sanggup menerima beban kerja terus-menerus.

Bagaimana jika kita melihat momen-momen berpergian seperti itu, saat tengah dalam perjalanan, sebagai waktu terbebas dari kerja? Memulihkan diri dari kelelahan dipandang oleh para ahli sebagai bagian penting dari upaya membangun ketahanan dalam bekerja. Ada saat ketika kita harus berhenti, mengambil jeda, bukan saja tidak bekerja tapi juga tidak berpikir tentang pekerjaan, untuk memulihkan kondisi.

Kurangnya waktu pemulihan tubuh, pikiran, dan emosi bukan saja berdampak buruk bagi pengambilan keputusan, tapi juga keamanan dan keselamatan. Kecelakaan lalu lintas, contohnya, banyak disebabkan oleh penurunan kondisi pengemudi—kebugaran tubuh, kemampuan berkonsentrasi dan fokus, maupun kesabaran emosional.

Pada akhirnya, kunci daya tahan adalah berusaha keras, lalu berhenti dan mengambil jeda, memulihkan diri, untuk kemudian berusaha kembali. Berhenti melakukan pekerjaan tidaklah sama dengan memulihkan diri bila pikiran masih tertaut pada pekerjaan. Apa yang lazim dilakukan oleh peraih prestasi puncak ialah menjalani periode relaksasi. Apabila kita letih, bebaskanlah diri dari segala urusan pekerjaan, pulihkan diri hingga bugar lagi, dan bersiap kembali memasuki performance zone. (sumber foto: bigthink.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB