x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pertalian Rahasia Jazz dan Fisika

Astrofisikawan Stephon Alexander berusaha menjelaskan pertautan rahasia antara musik jazz dan fisika—dua dunia yang menjadi hasratnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Selalu ada jalan untuk memahami semesta ini, melalui fisika bersama tautannya. Bagi Fritjof Capra, perkenalan dekatnya dengan ide-ide ketimuran membuatnya mampu memahami fisika modern lebih dari sekedar pengertian fisik. Dualisme gelombang dan partikel, bagi Capra, tak ubahnya Yin dan Yang—dua sisi dari mata uang yang sama. Capra membawa kita kepada pemahaman yang lebih spirtualistis.

Stephone Alexander, guru besar fisika di Dorthmund University, AS, menawarkan horison wawasan yang menggoda, seperti tecermin pada judul bukunya yang belum lama ini terbit: The Jazz of Physics: The Secret Link Between Music and the Structure of the Universe (penerbit Basic Books, April 2016). Alex mengajak kita menempuh perjalanan (sebagai pengalaman orang pertama) ke dalam proses penemuan dalam riset fisika teoritis.

Apa yang ia tawarkan? “Kita akan lihat,” tulis Alexander, “bahwa berlawanan dengan struktur logis bawaan hukum fisika, dalam upaya kita menyingkapkan wawasan baru pemahaman kita, seringkali kita merangkul proses yang irasional dan tidak logis, terkadang penuh dengan kesalahan dan pemikiran improvisasional.”

Meskipun penting bagi musisi jazz maupun fisikawan untuk meraih penguasaan teknis maupun teoritis dalam bidang masing-masing, inovasi menuntut mereka untuk bergerak jauh melampaui penguasaan itu. “Kunci inovasi dalam fisika teoritis terletak pada kekuatan penalaran analogis,” kata Alex.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Saya akan tunjukkan bagaimana seni menemukan analogi yang tepat dapat membantu kita menemukan pijakan baru untuk melintasi dunia kuantum yang tersembunyi menuju superstruktur alam semesta kita yang amat luas.” Untuk itu, Alexander berpaling kepada Albert Einstein yang terkenal akan bakat besarnya: mentransendenkan keterbatasan dalam matematika dengan intuisi fisikanya yang luar biasa.

Einstein berimprovisasi dengan apa yang, dalam bahasa Jerman, disebut gedankenexperiment atau eksperimen pikiran. Eksperimen ini menyediakan gambaran mental mengenai hasil eksperimen yang orang lain tidak dapat melakukannya. Untuk memperkuat eksperimen-pikirannya, Einstein—menurut cerita Elsa, isteri keduanya—bolak-balik antara bermain piano dan menuliskan ide-idenya di atas kerta.

Alexander juga terinspirasi oleh John Coltrane, pemain saksofon dan komposer. Pada akhir 1960an, Coltrane menggambar sebuah mandala (gambar yang melukiskan alam semesta) yang menghubungkan lima not musik dan membentuk bintang lima titik serta lingkaran. Terinspirasi oleh Einstein yang berusaha menyatukan hukum-hukum fisika, Coltrane berusaha memahami koneksi di antara musik-musik. Kini, Alexander menggunakan jazz untuk menjawab pertanyaan paling menjengkelkan dalam fisika terkait masa lalu dan masa depan alam semesta.

Apa pengaruh Coltrane? “Ia mengubah keseluruhan arah riset saya ... membawa kepada penemuan dasar dalam fisika,” kata Alex yang akrab dengan pembukaan Giant Steps, karya Coltrane. Mengikuti pikiran besar yang menarik pertalian antara musik dan fisik—dalam daftar ada Phytagoras, Kepler, Newton, Einstein, dan Rakim—The Jazz of Physics mengunjungi kembali alam purba di mana musik, fisika, dan kosmos adalah satu. Perjalanan kosmologis ini menyertai kisah Alexander tentang perjuangannya mengakurkan hasratnya akan musik dan fisika, dari mengambil pelajaran musik semasa kanak-kanak di Bronx hingga belajar fisika teoritis di Imperial College, yang menjadi pusat studi teori string di London.

Bermain saksofon dan berimprovisasi dengan persamaan, Alexander menyingkapkan koneksi antara gelombang fundamental yang membentuk suara dan gelombang fundamental yang membentuk hal-hal lain. Seperti seperti koneksi di antara musik dan fisika, itulah soalnya. “Salah satu koneksi itu,” tulis Alexander, “berupa cara misterius pergerakan partikel kuantum.. menurut aturan mekanika kuantum, partikel berpeluang menempuh semua jalur yang mungkin.” Selanjutnya? “Ini paralel dengan cara musisi jazz berimprovisasi, bermain dengan semuat notasi yang mungkin.”

Improvisasi, pada akhirnya, adalah karakteristik yang dimiliki musik jazz maupun fisika . Dalam bahasa Alexander, “Coltrane adalah inovator musik dengan fisika di jari-jemarinya, sedangkan Einstein adalah inovator fisik dengan musik di jemarinya.” Lewat penalaran analogis antara musik jazz dan fisika, Alexander merasa telah menemukan pendekatan baru dalam memahami kosmologi, khususnya perihal struktur-struktur awal semesta ketika muncul dari kekosongan.

Setelah membaca buku ini—yang sebagian berisi memoir Alexander, sebagian sejarah sains, sebagian popularisasi fisika, dan sebagian lagi tentang musik jazz—sebagai pembaca saya berusaha menemukan pertalian rahasia yang ia maksudkan. Yang terlihat, pada akhirnya, adalah ikhtiar Alexander untuk memahami bagaimana hasratnya akan fisika dan musik jazz dapat hidup berdampingan sedemikian intens. Barangkali, semacam paralelitas dalam kebebasan berpikir, berimprovisasi, dan mengandalkan intuisi sebagai kekuatan untuk menemukan sesuatu yang baru dan tersembunyi dalam fisika maupun jazz. (Foto: Stephon Alexander dan buku; sumber: gizmodo.com.au) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler