x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tak Usah Mengutuk, Tak Usah Mengeluh

Anda mungkin memiliki banyak follower, tapi apakah Anda sudah merebut hati mereka?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Nasihat baik tidak pernah usang, sebab akan selalu menemukan konteks baru. Begitu pula dengan karya lama Dale Carnegie yang mendapatkan konteks baru berupa dunia digital—itulah How to Win Friends & Influence People in the Digital Age. Buku ini ditulis oleh para penerus gagasan Dale Carnegie dengan mengusung semangat yang sama: menghimpun sebanyak mungkin kawan dengan merebut hati mereka tapi dengan konteks baru kehidupan dunia digital.

Mereka yang ingin menghimpun sebanyak mungkin kawan akan merasa bahwa satu lawan sudah terlampau banyak, tapi apakah kita menyadarinya saat kita merasa sepenuhnya bebas untuk mengatakan apa saja lewat twitter, facebook, blog, website, line, snapchat, path—entah apa lagi nanti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika seseorang populer dan menghimpun sekian banyak followers maupun haters, apakah kemashuran itu yang ia cari, ataukah sesungguhnya ia tersesat di rimba digital tanpa tahu persis apa yang dapat membuatnya lebih bernilai ketimbang ketenaran? Katakanlah, menginspirasi banyak orang untuk membantu mereka yang kesusahan, korban bencana, tak mampu berobat, pendidikan yang terancam terhenti.

Ketika orang-orang berlomba mengumpulkan sebanyak mungkin follower atau visitor di laman digital mereka, penerus Carnegie bertanya: apakah itu berarti mereka telah merebut hati para follower-nya? Ataukah itu hanya angka statistik belaka yang tidak punya hati? Carnegie dan penerusnya menawarkan jalan untuk memberi makna kepada angka-angka itu. “Menyentuh keinginan hati orang lain,” kata Carnegie, “membuat orang mau mengikuti jejak langkah Anda.”

Carnegie menunjukkan bahwa salah satu cara untuk menyentuh hati orang lain ialah menaruh perhatian pada minat orang lain. Masalahnya ialah minat utama kita tertuju kepada diri kita sendiri. Dan ini bukan fenomena baru setelah ada Twitter dan Facebook, melainkan jauh mendahului era Friendster dan MySpace—bahkan mundur hingga ke masa Dale Carnegie hidup dan tengah menyiapkan karya mashurnya ini, pada tahun 1930-an. Banyak kegagalan terjadi yang bermula dari minat berlebihan terhadap diri sendiri. Ya, kecenderungan narsistik atau selfish tak ubahnya menciptakan sekat-sekat pemisah dengan orang-orang yang berpotensi menjadi teman.

Carnegie mengingatkan betapa penting menegaskan adanya kebaikan di dalam diri orang lain. Bila orang lain berbuat salah, ia mengajak kita untuk mengafirmasi bahwa bukan berarti orang tersebut lemah—siapapun dapat berbuat kekeliruan, tapi sekaligus ia juga mampu memperbaiki kesalahan. Jika kita melihat mereka yang terjerembab dalam kekeliruan, bukan berarti kita memiliki hak mengutuk orang itu. “Jangan pernah mengatakan: kamu salah!” kata Carnegie. Berapa kalikah kita mengutuki orang dalam sehari melalui media sosial maupun laman-laman digital lainnya?

Dibandingkan dengan surat tradisional, media digital membuka ruang yang jauh lebih luas untuk mengritik, mengutuk, dan merisak (mem-bully). Penerus Carnegie mengingatkan bahaya di balik keleluasaan di era digital, terutama tatkala kritik dan kutukan begitu gampang dilontarkan dan menembus dinding-dinding privasi untuk dibaca oleh jauh lebih banyak orang. Bayangkan, betapa perisakan (bullying) mampu mengisolasi seseorang hingga tersudut di kamar sempitnya—sendirian, sebab orang-orang di sekelilingnya menjauh, atau ia menjauh karena merasa tidak layak berada di antara kawan-kawannya selama ini.

Meskipun Carnegie tak pernah memprediksi perkembangan teknologi bakal sepesat sekarang, namun saran-sarannya amat bermanfaat bagi kita yang hidup di tengah lanskap digital. Saran-sarannya itulah yang diadopsi oleh penerusnya. Mereka menunjukkan betapa pun beragam dan berbeda peranti komunikasi, juga dengan kecepatan yang jauh lebih besar, tapi nasihat Carnegie tentang bagaimana berkomunikasi, memimpin, dan bekerja secara efisien tetap berharga dan tetap relevan.

Saran Carnegie tidak bertele-tele: jangan merisak, jangan mengutuk, dan jangan mengeluh—selalu ada jalan keluar dari kesulitan. Saran ini semakin relevan di saat orang memperoleh kemudahan untuk mengutarakan apa saja yang ia tidak sukai atau mengungkapkan segala keluh-kesahnya di media digital. (sumber foto: digital-era.net) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler