x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tangkas-Belajar, Kualitas Kepemimpinan yang Makin Penting

Di tengah situasi yang berubah cepat, diperlukan pemimpin yang adaptif dan tangkas-belajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Barangkali, tidak ada masa dalam kehidupan masyarakat yang mejadikan kemampuan beradaptasi demikian penting seperti sekarang. Bagi siapapun, terlebih bagi pemimpin yang punya otoritas untuk mengambil keputusan. Alasannya sederhana saja: dunia mudah berubah cepat, kompleks, serta tidak pasti. Menghadapi dunia seperti ini, diperlukan kemampuan adaptasi dan belajar yang tangkas (learning agile).

Studi manajemen mutakhir banyak memberi perhatian pada isu learning agility, yang dianggap sebagai kunci untuk membuka keprigelan dan kepiawaian beradaptasi. Seorang manajer yang tangkas akan cepat membaca situasi dan mengambil tindakan, sekalipun saat itu ia tidak cukup memahami situasi yang tidak jelas, berubah dengan cepat, serta tidak pasti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para eksekutif perusahaan yang terlibat sebagai responden penelitian Korn/Ferry International menempatkan learning agility sebagai kompetensi yang amat penting untuk menjawab tantangan yang berubah-ubah. Semakin jenjang eksekutif yang ditempati, menurut hasil riset ini, para manajer harus semakin nyaman dengan ketidakpastian dan perubahan tiba-tiba. Mereka juga tak boleh ragu membuat keputusan meskipun ia tidak punya data yang lengkap.

Kualitas tangkas-belajar (learning agile) kini menjadi indikator andal untuk menilai potensi kepemimpinan seseorang. Mereka yang tangkas belajar ‘mampu menyerap pelajaran dari pengalaman mereka, menjadikannya pengetahuan sebagai bekal untuk memasuki situasi yang tidak familiar’. Meskipun relatif baru sebagai kualitas kepemimpinan yang semakin diperhitungkan, learning agility kini menyita fokus perusahaan umumnya.

Learning agility, menurut Flaum dan Winkler di Harvard Business Review, merujuk kepada sejumlah karakteristik yang membantu pemimpin untuk ‘tetap fleksibel, tumbuh dan berkembang dari kesalahan, dan bangkit menghadapi tantangan’. Di dalamnya terdapat unsur kecerdasan emosional, yakni kemampuan untuk segera pulih dari kegagalan dan mengkapitalisasi pengalaman ini—kita tahu, banyak manajer yang enggan membicarakan kegagalan mereka.

Menarik untuk menyerap apa yang Flaum dan Winkler paparkan tentang unsur-unsur penting learning agility yang diperlukan bagi kepemimpinan efektif.

Pertama, kemampuan berinovasi. Pemimpin tangkas-belajar tidak takut menantang status quo, tapi bukan sekedar menantang dan mempertanyakan, melainkan juga sanggup menawarkan ide-ide mereka sendiri sebagai alternatif. Mereka memanfaatkan pengalaman untuk merumuskan perspektif mereka terhadap suatu tantangan.

Kedua, unggul berkat tantangan. Pemimpin yang tangkas belajar memperoleh keunggulan karena digembleng oleh berbagai tantangan. Mereka terlibat langsung dan belajar mengelola tekanan yang disebabkan oleh ketidakpastian serta mampu bertindak cepat. Pemimpin yang tangkas-belajar bukan orang yang bekerja dari balik meja saja tanpa hadir di tengah persoalan.

Ketiga, merefleksikan pengalaman dan menimba umpan balik. Pemimpin tangkas belajar bukan hanya mencari pengalaman baru, tapi juga mencari umpan balik dan mengolahnya untuk menemukan masukan-masukan berharga. Mereka berusaha memahami kelemahan dan kekurangan mereka dan memperkuat keunggulan mereka.

Keempat, pengambil risiko yang baik. Pemimpin tangkas belajar tergolong berani mengambil risiko—tentu saja, risiko yang diperhitungkan. Mereka tangguh dan tenang menghadapi badai dan tekanan. Mereka berani memasuki wilayah yang belum dikenal dan mencoba hal-hal baru. Mereka bukan memburu sensasi, melainkan pengambil risiko yang mengarah kepada peluang. Mereka berani mengerjakan hal-hal yang di dalamnya keberhasilan tidak dijamin, sedangkan kegagalan mungkin saja terjadi. Dengan berinovasi di wilayah yang menegangkan dan tidak nyaman ini, mereka berpotensi untuk meraih keberhasilan.

Dalam konteks masa sekarang, kualitas tangkas-belajar (learning agile) bukan hanya diperlukan untuk kepemimpinan perusahaan, tapi juga kepemimpinan masyarakat beserta seluruh institusinya—eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Pemimpin yang tidak lekas belajar menghadapi tantangan dan situasi baru berperan besar dalam menurunkan peran penting institusinya dan merintangi kemajuan masyarakat. (sumber foto ilustrasi: ldninternational.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler