x

Menteri ESDM baru Arcandra Tahar, bersama Menteri ESDM lama Sudirman Said saat acara serah terima jabatan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, 27 Juli 2016. Sudirman Said selama 21 bulan memangku tanggungjawab sebagai menteri dalam Kabinet Kerja. TE

Iklan

Agung Wicaksono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sudirman Said, Reshuffle Kabinet dan Almamater ITB

Orang baik dan pintar ini akan memasuki sektor yang begitu berat, rumit dan banyak kepentingan. Sampai-sampai pemimpin sebelumnya banyak yang terpeleset.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Demi Tuhan, untuk Bangsa dan Almamater

Pekan lalu, sebuah gelombang besar kembali membawa perubahan dalam perjalanan, saat Sudirman Said dikabarkan harus meninggalkan Kementerian ESDM yang dalam 21 bulan terakhir dibangunnya.

Inspektur Jenderal Mochtar Husein, mewakili pegawai Kementerian mengucapkan pesan terakhir, mengatakan kepemimpinan Sudirman membawa banyak perubahan: "Kementerian kami berubah total."

Mochtar mengatakan Sudirman memimpin dan mengarahkan para pegawai dengan jelas. "Kalau tidak hitam, ya putih. Tidak ada abu-abu," katanya. Kementerian ESDM pun kini lebih terbuka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berkat reformasi yang dibangun bersama, Mochtar mengatakan, kini ia tak lagi malu-malu menyebut tempatnya bekerja. "Dulu kalau ditanya dari mana, saya jawab sambil berbisik," katanya. Namun sekarang, ia bisa dengan lantang dan bangga menyebut bahwa dia bekerja di "Kementerian ESDM..!!!" (Tempo, 27 Juli 2016)

Tak heran, betapa lautan pegawai melepas kepergian Sudirman dengan berat. Djoko Siswanto, Direktur Teknik & Lingkungan di Dirjen Migas yang dahulu bersama-sama diriku menjadi anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas pimpinan Faisal Basri, tampak di halaman Rakyat Merdeka ditunjukkan tak kuasa menahan tangis saat memeluk Sudirman. Begitu besar legacy yang dibangun Sudirman. Legacy yang menyentuh setiap insan di Kementerian, yang 2 tahun lalu terpukul karena Menteri, Sekjen dan Kepala SKK Migasnya masuk penjara.

Esoknya, Kamis pekan lalu, sosok penggantinya hadir. Menteri ESDM yang baru Arcandra Tahar, yang prestasi dan kompetensinya di bidang minyak dan gas berkelas dunia dan tak lagi diragukan. Tutur kata dan tindak-tanduknya pun mencerminkan adab yang sangat baik. Saat menyampaikan pesan pembukaan di Rapat Pimpinan pertama, dengan simpatik ia berkata, "Saya mungkin lebih muda dari 95% yang ada di ruangan ini. Jadi hari ini memulai belajar dari Bapak-Ibu sekalian. Apakah ada yang masih di bawah 45 tahun di ruangan ini?". Saya dan Farchad Mahfud mengangkat tangan.

Ia meneruskan, anggaplah dirinya sebagai adik kepada abang/kakaknya, atau bahkan anak kepada ayah. Sebuah gesture yang sangat baik dan mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti.

Orang baik dan pintar ini akan memasuki sektor yang begitu berat, rumit dan banyak kepentingan. Sampai-sampai pemimpin sebelumnya banyak yang terpeleset. Baik itu terpeleset kulit pisang di jalan, ataupun memang terpeleset habis makan pisang. Seperti Rudi Rubiandini misalkan, figur yang sangat saya hormati karena adalah orang baik dan pintar, dan merupakan guru besar dari almamater tempat saya dididik dan berkarya - Institut Teknologi Bandung - yang harus jatuh terpeleset dan membuat almamaternya tertimpa bencana sejarah. Butuh orang sekeras Sudirman Said untuk menyapu dan bebersih, agar tidak terpeleset kulit pisang dan sampah lainnya yang berserakan.

Kita semua ingin dan wajib yakin, bahwa Arcandra Tahar -orang baik dan pintar yang juga alumni ITB dan sudah dicitrakan di publik sebagai representasi almamaternya di kabinet- juga sukses dalam bebersih sektor ini. Memahami berbagai latar belakang politik yang mendasari datangnya gelombang perubahan ini, harus diakui memang cukup berat. Gurita kepentingan dan pertarungan di belakangnya, akan mulai nampak dalam hari-hari ke depan.

Arcandra Tahar butuh dukungan dari orang-orang baik, termasuk dari almamaternya ITB yang ikut diajaknya pulang setelah berkarya di Amerika. Semoga citra almamaternya Institut Teknologi Bandung terjaga. Sang dewa Ganesha harus tetap tegak menatap ke depan, jangan sampai lagi ternoda.

Kita semua adalah jiwa yang merdeka. Berkarya sesuai nurani kita.

Jika memang diperlukan untuk bertahan...... maka semata-mata adalah Demi Ridlo Tuhan, Untuk Bangsa....dan Almamater.

MERDEKA!

Agung Wicaksono, Dosen di School of Business and Management ITB dan Unit Pelaksanaan Program Pembangunan Ketenagalistrikan (UP3KN)

Ikuti tulisan menarik Agung Wicaksono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler