x

Mie Cakalang Fufu, salah satu makanan khas Manado di kawasan kuliner Tinutuan, Manado, Sulawesi Utara, 20 Oktober 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Iklan

Kristian Arie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Festival Cita Rasa nDeso 2016, Promosi Kuliner Tradisional

Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI XLIX (IKAL 49) mengimbau semua pihak lebih gencar untuk melestarikan jajanan pasar tradisional

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini kuliner dinilai dapat dijadikan salah satu senjata efektif untuk meningkatkan brand dan promosi bagi sebuah negara. Oleh karena itu, Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI XLIX (IKAL 49) menghimbau agar semua pihak dapat lebih gencar untuk melestarikan dan mempromosikan jajanan pasar tradisional Indonesia.

Ketua IKAL 49 Boedhi Setiadjid mengatakan, setiap negara pasti memiliki ciri khas yang dapat membuat negaranya berbeda dari negara lain. Bahkan suatu kreativitas racikan kuliner bisa mengidentifikasikan asal makanan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Sudah familiar di tengah masyarakat kita berbagai kuliner asing seperti Kebab dari Turki, Sushi dari Jepang, Roti Canai dari India, dan kuliner negara lainnya yang menyatu dengan simbol negara asalnya. Bukan hanya makanannya, bahkan budaya sajian kulinernya pun sudah masuk dan menukar ranah tradisi budaya tradisonal,” kata Boedhi di sela-sela penutupan Festival Cita Rasa nDeso 2016 di Jakarta, (2/8).

Padahal, kata dia, setiap provinsi ataupun kota di Indonesia juga mempunyai makanan tradisional yang khas. Menurutnya, kuliner tradisional bisa menjadi salah satu bagian dari atribut Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.

“Kuliner Indonesia adalah warisan budaya bangsa kita. Bukan saja karena rasanya yang enak atau tampilannya yang menarik, melainkan juga sarat dengan unsur simbolisme atau perlambangan. Kita juga ingin kuliner Indonesia bisa dikenal oleh bangsanya sendiri dan juga dikenal dunia,” tegas Boedhi.

Menurutnya, kegemaran masyarakat mengkonsumsi kuliner tradisional membuka peluang usaha dan memperluas lapangan kerja dalam lingkup Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Dengan munculnya para wirausahawan baru, tingkat pengangguran tentu akan semakin berkurang. Banyak sekali jenis peluang usaha kecil atau menengah yang bisa dijalankan tanpa harus dengan dana yang besar, seperti bisnis kuliner yang pasarnya cukup menjanjikan,” ungkap Boedhi.

Sementara itu, Kepala Departemen Promosi GMT Property Diva Lovita mengatakan, dalam melakukan kegiatan promosi dan pemasaran yang lebih luas, para pelaku usaha kuliner tradisional dapat memanfaatkan teknologi informasi yang sekarang ini sedang berkembang pesat. Pihaknya kerap melakukan edukasi di lingkungan kantin-kantin perkantoran hingga pusat jajanan akan pentingnya teknologi informasi dan sosial media untuk menunjang pengembangan usaha.

“Sekarang ini sudah banyak kegiatan promosi dan pemasaran online yang dilakukan. Kita harapkan dengan adanya para pelaku wirausaha yang kreatif dan inovatif kuliner tradisional bisa lebih dikenal lagi,” kata Diva.

Selain menampilkan beraneka ragam jenis kuliner tradisional, Festival Cita Rasa nDeso 2016 juga menghadirkan seminar kewirausahaan. Acara ini digelar mulai 27-28 Juli 2016 di Lemhannas dan 29 Juli – 2 Agustus 2016 di Wisma GMT Institut.

Ikuti tulisan menarik Kristian Arie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB