x

Kelompok pendukung Perdana Menteri, Najib Razak yang tergabung dalam kelompok `Kaos Merah` bentrok saat berunjuk rasa di Kuala Lumpur, Malaysia, 16 September 2015. Pemerintah Malaysia memperingatkan pengunjuk rasa yang mayoritas etnis Melayu untuk me

Iklan

ahmadsahidah Lecturer

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Senjakala Oposisi Malaysia ~ Ahmad Sahidah

Meskipun tuntutan pada aset 1MDB dilakukan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat, yang menyudutkan rezim, hal ini tak menyentuh Najib Razak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Najib Razak akhirnya menunjukkan kuasanya setelah tampak ragu untuk menghadapi bekas mentornya, Mahathir Mohamad. Sesuai dengan keputusan kabinet, pemerintah tidak lagi mengucurkan dana ke Kepemimpinan Perdana, yayasan milik bekas perdana menteri terlama negeri jiran itu. Sebelumnya, Mahathir dicopot dari kedudukan penasihat di beberapa perusahaan negara, seperti Proton dan Petronas. Alasannya, dengan mengkritik pemerintah, tokoh yang berjulukan Little Sukarno ini tidak layak menggunakan dana publik dan menjabat penasihat di badan usaha milik negara.

Kepercayaan diri Najib makin kuat setelah Barisan Nasional memenangi dua pemilihan umum sela di Kuala Kangsar, Negara Bagian Perak dan Sungai Besar, Selangor, baru-baru ini. Kemenangan ini telah diramalkan sebelumnya karena oposisi pecah. Jika dulu pembangkang, sebutan bagi oposisi, mengajukan seorang calon atas nama Pakatan Rakyat, sekarang mereka mengambil haluan yang berbeda. PAS (Partai Islam Se-Malaysia) mendorong calonnya sendiri dan Pakatan Harapan memilih komponen serpihan PAS, Partai Amanah Nasional (Amanah). Alih-alih keduanya menggoyang dominasi BN, malah dua partai berbasis Melayu Islam tersebut saling menyerang sebelum hari pencoblosan.

Kekalahan pahit yang mesti ditelan oposisi itu mendorong Azmin Ali, Gubernur Selangor dan Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), meminta oposisi bersatu kembali. Jelas, seruan ini ditujukan kepada PAS dan Amanah. Sebelumnya, Partai Aksi Demokratik (DAP) menyerukan hal serupa. Namun, PAS bergeming untuk tetap berjuang sendirian. Malah, partai yang dimotori Hadi Awang ini bersikap lebih ramah dengan UMNO, karena UMNO turut mendukung usul PAS untuk membahas Rancangan Undang-Undang Akta 355 tentang penguatan mahkamah syariah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Komponen BN, seperti Kongres India Se-Malaysia (MIC) dan Persatuan Cina Malaysia (MCA) menentang keras usul RUU tersebut, tapi keduanya masih berada dalam koalisi BN. Ini berbeda dengan PAS yang memilih keluar dari Pakatan Rakyat setelah bersitegang dengan DAP terkait dengan penerapan hudud, bagian dari hukum syariah Islam. Pada waktu yang sama, tindakan PAS menjadi lonceng kematian pada PR dan melahirkan serpihan Amanah, yang dimotori oleh Mat Sabu. Tak pelak, suara oposisi yang terpecah melempangkan jalan bagi calon BN dari UMNO, Budiman Mohd Zohdi, yang keturunan Jawa, dan Mastura Mohd Yazid memenangi pemilu dengan suara meyakinkan.

Dengan kemenangan di atas, Najib mengolok-olok usaha Mahathir menggelorakan Deklarasi Rakyat (DR) yang menuntut Najib mundur. Dengan dukungan 1 juta petisi, DR berhasil menarik media massa dan perhatian warga. Tapi, seperti kata Najib, ia tidak memenangi hati dan pikiran rakyat dalam pemilu. Apalagi, petisi ini dikotori oleh dugaan 300 ribuan KTP palsu. Bagaimanapun, gaung DR tak bisa diremehkan. Panggung ini telah berhasil menyatukan kembali Mahathir dengan seterunya dulu, seperti Lim Kit Siang, Lim Guang Eng, dan Mat Sabu. Ketiganya pernah meringkuk dalam penjara dengan tuduhan menghasut di masa pemerintahan Mahathir.

Hanya, panggung DR ini tampak lancung. Betapapun mereka menuntut Najib mundur, Pakatan Harapan dan lembaga swadaya masyarakat yang bergabung di dalamnya tidak sekadar meminta Najib lengser, tapi juga pengelolaan pemerintahan yang bertanggung jawab, pemberantasan korupsi, dan pemilu yang adil. Pragmatisme politik itu pilihan yang tak dapat dielakkan, karena Mahathir, yang tidak memegang jabatan, sulit untuk memobilisasi massa dari UMNO. Pakatan Harapan juga mendapat suntikan semangat karena Mahathir masih memiliki pesona untuk menarik massa mengambang ke dalam arena politik.

Ketika barisan oposisi disandera oleh perpecahan, Najib mengambil langkah cepat untuk membersihkan UMNO dari seterunya. Muhyiddin Yassin dan Mukhris Mahahtir dicopot dari keanggotaan partai terbesar negeri jiran. Sementara itu, Shafii Apdal diskors. Berbeda dengan masa Anwar Ibrahim dipecat dari UMNO, ketiga tokoh ini tak menarik massa turun ke jalan.

Keadaan yang menguntungkan UMNO menyebabkan desakan untuk pelaksanaan pemilu yang dipercepat. Jika oposisi gagal berkonsolidasi, BN akan memetik kemenangan. Malah, dominasi Pakatan Harapan di Selangor dan Pulau Pinang bisa runtuh dan bahkan kehilangan kuasa jika mereka gagal menemukan titik kompromi dengan PAS agar tidak muncul persaingan dari tiga penjuru: BN, PAS, dan Amanah. Jika suara Melayu pecah, jelas BN mendapat keuntungan karena mesin politik BN lebih moncer dan solid. Tak hanya itu, setelah 22 tahun PAS menguasai Negara Bagian Kelantan, UMNO bisa mengambil alih setelah serpihan PAS juga bergerak di sana.

Tak hanya itu, dengan pengangkatan Noh Omar, Ketua UMNO Selangor, sebagai menteri dalam perombakan terbaru, janji pertama yang dilaungkan adalah merampas negeri yang paling kaya di negara tetangga dari tangan PKR. Bukan mustahil hal ini bisa diwujudkan, mengingat gonjang-ganjing partai besutan ikon Reformasi, Anwar Ibrahim, terpecah dalam dua kubu, yaitu Azmin Ali dan Rafizi Ramli. Baru-baru ini, sebagai ketua strategi pemenangan PKR, Rafizi mengungkap isu rasuah di pemerintahan Selangor. Pada gilirannya, orang ramai akan meragukan kredibilitas partai yang didirikan oleh ayah Nurul Izzah ini.

Tentu saja, isu 1MDB, badan investasi negara, adalah titik lemah dari penguasa, karena persepsi masyarakat telah terbentuk bahwa pemerintah tidak becus mengelola dana publik. Meskipun tuntutan pada aset 1MDB dilakukan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat, yang menyudutkan rezim, hal ini tak menyentuh secara terang-benderang orang nomor satu di Negeri Jiran. Jadi, oposisi tetap ditagih untuk menyelesaikan perpecahan internal dan memenangkan suara akar rumput. Jika tidak, gong kematian telah ditabuh.

Ahmad Sahidah, Dosen Senior Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia

Ikuti tulisan menarik ahmadsahidah Lecturer lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB