x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Langit Malam Terkepung Cahaya Kota

Cahaya diperlukan untuk menerangi kegelapan, tapi cahaya yang berlebihan berubah jadi polutan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dibandingkan siang, malam hari menawarkan sensasi yang berbeda. Gelap. Senyap. Dingin. Kira-kira 30 tahun yang silam, kita masih bisa menikmati malam yang seperti itu di kota Bandung. Sejauh mata memandang langit, kita bisa melihat bintang-bintang bertaburan. Cahayanya berkelap-kelip. Di bawah langit, kita teramat kecil.

Kini, tak semudah itu lagi menikmati langit malam. Kota dan desa sudah dipenuhi rumah-rumah, pabrik-pabrik, kafe dan restoran yang menawarkan suasana malam di pegunungan maupun di perkotaan, serta jalan-jalan yang semuanya bermandikan cahaya lampu. Terang benderang. Listrik telah terkirim hingga pelosok-pelosok dan menyalakan lampu-lampu. Di tengah kepungan cahaya di perkotaan dan perdesaan, kita tidak lagi mudah menikmati kelap-kelip cahaya bintang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Lembang, Bandung, Observatorium Bosscha terancam ‘mati kutu’ lantaran dikepung oleh cahaya perumahan dan restoran yang semakin menjejali perbukitan Bandung Utara. Berulang kali, para astronom dan akademisi ITB mengingatkan betapa kritis kondisi Bosscha dan lingkungan Lembang, tapi masyarakat, para pengembang, pemilik restoran, maupun pemerintah tak memberi perhatian memadai untuk mengatasi situasi yang kian memburuk.

Sungguh mengherankan bahwa pemerintah daerah, provinsi, hingga nasional seakan tidak peduli pada nasib Observatorium Bosscha, yang setidaknya mewakili semangat pencarian pengetahuan tentang antariksa. Barangkali, karena para pemimpin institusi-institusi ini tak cukup punya visi tentang hubungan antara pemahaman mengenai antariksa dan kepentingan manusia maupun kepentingan bangsa. 

Ada masanya ketika cahaya dibutuhkan untuk menerangi kegelapan dan bahkan menebarkan pesona lewat warna-warninya, namun ada waktunya tatkala cahaya yang berlebihan berubah menjadi polutan visual yang menganggu manusia dalam menikmati malam dan mempelajari alam semesta. Samudra angkasa yang demikian luas dan penuh dengan taburan benda-benda langit seyogyanya dapat kita nikmati kembali dengan mengurangi tingkat polusi cahaya.

Ikhtiar Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yang mengajak masyarakat untuk mematikan lampu ruangan selama satu jam malam ini (pukul 20.00-21.00) layak untuk disambut. Kampanye Malam Langit Gelap semestinya bukanlah urusan LAPAN semata, melainkan urusan kita semua, sebab ini menyangkut langit kita, semesta kita. Lampu-lampu luar yang dimatikan barang sesaat mudah-mudahan saja memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan keindahan samudra langit. Mudah-mudahan saja kita dapat menyaksikan Galaksi Bima Sakti, yang selama ini semakin sukar dilihat di perkotaan, dikaburkan oleh cahaya lampu perkotaan yang berlimpah. (Foto: tempo.co) 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu