x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bacalah Buku dan Hiduplah Lebih Lama

Hasil riset: membaca buku secara teratur memungkinkan hidup lebih lama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Mengapa membaca buku? Banyak sudah alasan dikemukakan untuk menjawab pertanyaan ini: menambah pengetahuan, mengail kegembiraan, memperdalam pemahaman, memahami kehidupan, dan seterusnya. Kini ada satu lagi alasan yang tak kalah penting dan menarik: agar berpeluang hidup lebih lama.

Hidup dan mati memang rahasia Sang Pencipta Hidup, tapi beberapa ilmuwan dari Yale University telah melihat tautan antara kecintaan membaca buku dengan kelangsungan hidup seseorang. Kuncinya terletak pada kebiasaan membaca buku sekurang-kurangnya 30 menit setiap hari, maka terbukalah peluang untuk hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak membaca buku sama sekali.

Para pembaca buku, menurut Becca R. Levy, Martin D. Slade, dan Avni Bavishi dari School of Public Health, Yale University, memiliki apa yang mereka sebut ‘survival advantage’ yang signifikan. Seseorang yang secara teratur membaca buku memperoleh manfaat yang sangat berarti bagi kelangsungan hidupnya. Para pembaca buku, kata mereka, rata-rata berusia dua tahun lebih lama dibandingkan rekannya dengan latar belakang serupa tapi tidak membaca buku sama sekali.

Dalam jurnal Social Science & Medicine Volume 164, yang akan terbit September nanti, Levy dkk memaparkan hasil survei mereka terhadap 3.635 orang yang berusia 50 tahun ke atas. Levy membagi respondennya ke dalam tiga kelompok: yang membaca buku 3,5 jam atau lebih setiap pekan, yang membaca hingga 3,5 jam setiap pekan, dan yang tidak membaca buku sama sekali. Temuannya: semakin lama membaca buku, semakin besar peluang hidup lebih lama. Membaca buku secara teratur lebih dari 3,5 jam setiap pekan memberi manfaat kelangsungan hidup 23 bulan lebih lama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam risalah mereka, “A Chapter a Day: Association of Book Reading with Longevity,” Levy dkk. menyebutkan bahwa membaca buku memberi manfaat lebih besar dibanding membaca suratkabar atau majalah. Mengapa bisa demikian? Karena membaca buku melibatkan lebih banyak pikiran pembaca, memberi manfaat kognitif lebih banyak, dan karena itu memperpanjang usia.

Seperti dikutip The Guardian, para peneliti menyebutkan dua proses yang terlibat dalam aktivitas membaca buku yang dapat menciptakan apa yang disebut ‘survival advantage’—manfaat bagi kelangsungan hidup. Pertama, kegiatan membaca buku mendorong berlangsungnya ‘proses yang perlahan dan mendalam’ sebagai bagian dari ikhtiar memahami isi buku. Ketika pembaca melakukan koneksi-koneksi dengan materi bacaan, menemukan tautannya dengan dunia luar, dan terdorong untuk mengajukan pertanyaan mengenai isi buku, berlangsunglah keterlibatan kognitif.

Keterlibatan kognitif inilah yang dapat menjelaskan mengapa kosakata, penalaran, konsentrasi (saat membaca), dan keterampilan berpikir kritis menjadi semakin baik karena membaca buku. Proses kedua berupa terlibatnya rasa empati, persepsi sosial, serta kecerdasan emosional pembaca. Ketika membaca sebuah buku, kita dapat terlibat secara emosional membaca narasi di dalam buku. Proses-proses ini, menurut Levy, dapat mengarahkan kepada kelangsungan hidup yang lebih lama.

Riset Levy dan kawan-kawan ini sangat menarik, sebab memperlihatkan tautan yang jelas antara membaca buku secara teratur dengan kelangsungan hidup lebih lama. Riset-riset sebelumnya masih terbatas mengaitkan antara fungsi otak dan membaca karya fiksi. Kajian tim Emory University pada 2013 menemukan adanya perubahan pada area tertentu di dalam otak setelah seseorang membaca karya fiksi, dan perubahan itu bertahan hingga lima hari.

“Perubahan-perubahan saraf yang kami temukan terkait dengan sensasi fiksi dan sistem pergerakan mengisyaratkan bahwa membaca novel dapat memindahkan Anda ke dalam tubuh sang protagonis,” tulis Gregory Berns, yang memimpin Center for Neuropolicy di Emory University, di website eScience Commons. “Kami tahu bahwa cerita yang bagus dapat menempatkan Anda di sepatu orang lain dalam pengertian figuratif. Kini kami melihat bahwa sesuatu mungkin pula terjadi secara biologis.”

Berapa lama perubahan neural itu bertahan masih tanda tanya. Tapi, tulis Berns, fakta bahwa kami mendeteksi perubahan itu lebih dari beberapa hari untuk novel yang dipilih secara acak mengisyaratkan bahwa novel-novel favorit Anda dapat menimbulkan efek lebih besar dan lebih bertahan pada biologi otak Anda.

Studi lain juga mendukung efek positif membaca terhadap otak dan kelangsungan hidup. The Mayo Clinic Study of Aging melaporkan pada 2008 bahwa membaca buku mampu mencegah demensia karena lanjut usia hingga 50 persen.

Hasil-hasil studi ini semakin memperjelas manfaat membaca buku secara teratur. Jadi, mengapa masih juga enggan membaca? (foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler