x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menciptakan Konflik agar Tetap Populer

Di era sekarang, menjaga popularitas dianggap sangat penting, bila perlu dengan menciptakan lawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Aku menganggap diriku populer, sebab aku berteman dengan banyak orang di sekolah dan aku tidak punya masalah dengan siapapun.” Bagi siswi SMA ini, populer berarti berteman dengan banyak sesama siswa. Di jagat media sosial, populer diartikan sebagai banyak follower.

Menjadi populer atau tetap populer disemaikan pula melalui jalan sebaliknya: memantik lahirnya banyak haters, memicu terjadinya konflik atau perselisihan. Jalur ini kelihatannya bahkan lebih ampuh dibandingkan dengan ‘memperbanyak teman’ atau ‘menambah jumlah follower’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pepatah lama memang mengatakan: “Seribu kawan masih kurang, satu lawan sudah teramat banyak.” Tapi, jika menciptakan lawan dapat menjaga atau malah mendongkrak popularitas, mengapa tidak memancing konflik? Lihat, inilah yang terjadi bukan hanya di panggung hiburan, tapi juga di pentas politik.

Di dunia hiburan bahkan sudah lama dikenal perselisihan bohong-bohongan atau diistilahkan konflik ‘setting-an’. Ketika pamor di hadapan penggemar mulai meredup, diperlukan upaya untuk mengangkat kembali ketenaran. Dan, konflik adalah cara instan yang cukup ampuh untuk menjalankan fungsi itu.

Membangun pertemanan diperlukan senyuman, keramahan, negosiasi, mungkin pula kompromi—memberi sesuatu agar dapat menerima sesuatu yang lain. Diperlukan ikhtiar yang kadang-kadang tidak mudah, sebab berteman berarti membangun kepercayaan. “Saya orang baik lho,” bukanlah perkataan yang serta merta akan mendatangkan teman.

Namun, menciptakan lawan jauh lebih mudah dari itu: provokasi. Serang di sisi mana saja orang yang hendak engkau jadikan lawan. Jika ingin seranganmu ampuh, sebaiknya jangan engkau pilih sisi yang paling lemah, melainkan sisi yang mengusik kebanggaannya. Dan itulah yang terjadi di pentas politik.

Ketika pertemanan membuat seseorang merosot popularitasnya, ia memerlukan sesuatu untuk mendongkrak kembali ketenarannya. Menyerang adalah cara instan yang memungkinkan hal itu terwujud. Serangan kepada sebuah sasaran akan menimbulkan ketegangan, memantik emosi, dan menciptakan drama—ya, drama tentang perselisihan dan perseteruan. Ketegangannya menawarkan sensasi tersendiri kepada publik dan karena itu diminati oleh sebagian khalayak.

Konflik itulah yang mampu menarik perhatian publik, bahkan melebihi pertemanan. Kunjungilah situs-situs media umum, dan dapati bahwa berita tentang ‘pertengkaran’ di antara figur-figur politik menempati urutan tiga teratas berita populer pekan ini. Popularitasnya melampaui berita-berita lain. Populer berarti lebih dominan dalam memperoleh perhatian publik.

Ketika popularitas menjadi ukuran untuk mengambil keputusan-keputusan penting di arena politik, maka jalan agar tetap populer akan ditempuh, sekalipun dengan menciptakan perseteruan. (sumber foto ilustrasi: targettraining.eu) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB