x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Memetik Pelajaran dari Keputusan yang Salah

Setiap kesalahan akan terbayar bila ada pelajaran penting yang berhasil diserap.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Setiap saat kita membuat keputusan. Bahkan ketika kita menunda pengambilan keputusan karena pertimbangan tertentu, maka penundaan itupun sebuah keputusan. Di dalam pengambilan keputusan, risiko selalu membayangi—terlebih dalam situasi yang berubah cepat dan tidak pasti, termasuk di dalamnya risiko membuat keputusan yang tidak tepat. Baik keputusan tepat atau tidak tepat, masing-masing melahirkan konsekuensi tertentu.

Banyak orang mengatakan bahwa kesalahan dalam memutuskan suatu persoalan merupakan hal yang lumrah dan manusiawi. Berapa kali kita membuat keputusan yang tidak tepat atau salah sama sekali? Saya rasa, sering. Siapapun mungkin mengalaminya, sekalipun ia jenius, presiden, ataupun raja—sekalipun pepatah mengatakan ‘The King can do no wrong’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun kesalahan itu manusiawi, dalam konteks yang strategis, kesalahan dalam mengambil keputusan mesti dihindari sejauh mungkin. Mengapa? Karena keputusan yang salah memakan biaya yang bisa jadi sangat mahal. Biaya ini bukan hanya ditanggung oleh pengambil keputusan (bisa secara moral maupun legal), tapi juga menjadi beban masyarakat, entitas bisnis, bahkan mungkin lebih besar dari itu. Ketika masyarakat Jerman memilih Hitler dalam pemilu yang demokratis, mereka telah mengambil keputusan yang menimbulkan bencana kemanusiaan.

Terlepas dari konsekuensi dari keputusan yang salah, termasuk biaya yang harus ditanggung, penting untuk memahami mengapa terjadi kesalahan. Apakah karena masukan yang diterima pengambil keputusan tidak tepat, atau prosesnya yang memuat kelemahan. Tak kalah penting ialah memetik pelajaran dari pengalaman, sebab di dalam setiap kesalahan selalu ada pelajaran yang dapat diambil manfaatnya.

Saya rasa, kita dapat menengok pada gagasan Stanovich dan West yang membuat kerangka untuk memahami pengambilan keputusan dengan membedakannya ke dalam dua sistem. Sistem pertama merujuk kepada intuisi, yang secara tipikal cepat, otomatis, implisit, sedikit upaya, dan emosional. Sistem kedua merujuk kepada penalaran, yang berarti lebih lamban, tapi lebih disadari, penuh upaya, eksplisit, dan logis.

Kita seringkali kekurangan informasi penting terkait dengan sebuah keputusan, gagal memerhatikan informasi yang tersedia, menghadapi kendala waktu dan biaya, dan hanya menyimpan sejumlah kecil informasi dalam ingatan kita. Semakin sibuk seseorang, semakin banyak pikiran, dan semakin banyak kendala waktu yang mereka hadapi, mereka semakin cenderung bertumpu pada sistem pertama—intuitif.

Apakah dengan demikian pengambilan keputusan yang mengikuti sistem kedua merupakan cara yang paling tepat dan akan selalu menghasilkan keputusan yang benar? Belum tentu. Ini tergantung kepada keadaan yang dihadapi. Apakah tersedia cukup data dan informasi untuk dianalisis? Apakah tersedia cukup waktu untuk menganalisis? Bahkan, ketika hasil analisis telah tersedia, belum tentu pengambil keputusan akan menggunakannya ketika ia lebih memercayai naluri dan intuisinya.

Salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari pengambilan keputusan yang salah ialah selalu diperlukan perbaikan daya dukung sistem untuk pengambilan keputusan. Sebutlah itu ketersediaan data, prosedur, keluasan jejaring, kemudahan akses, kapabilitas manusia, maupun unsur lainnya. Bahkan, ketika semua itu telah dirasa cukup, masih mungkin ada lubang yang memungkinkan terjadinya kesalahan, karena ada satu informasi yang tidak tersedia. Boleh jadi pula, informasi ini telah tersedia, tapi luput dari perhatian atau diabaikan oleh pengambil keputusan karena diasumsikan dapat dikelola.

Keputusan strategis yang tidak tepat tentu saja memakan biaya. Hanya bila pengambilan keputusan di masa mendatang menjadi bertambah baik, semua pihak dapat memetik manfaat dari kesalahan ini. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler