x

Iklan

Fatima Az Zahra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bangun Perisai Alam, Wali Kota Makassar Tanam 20.000 Mangrove

Beberapa hari yang lalu, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto menanam secara simbolis 20.000 tanaman mangrove di Lantebung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Jumat (19/9), Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto bersama Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (DKP3) kota Makassar Abdul Rahman Bando, Camat Tamalanrea Kaharuddin Bakti, dan kelompok pengelola Sumber Daya Alam (PSDA) Mangrove Lantebung menanam secara simbolis 20.000 tanaman mangrove di Lantebung, kelurahan Bira, kecamatan Tamalanrea.

Penanaman ini ditujukan untuk membangun perisai alam di daerah pesisir terhadap ancaman abrasi dan tsunami yang dapat berlangsung secara alamiah.

"Hutan mangrove adalah benteng utama dan terdepan dari bahaya abrasi dan tsunami," sebut Danny usai menanam pohon mangrove.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diharapkannya, aksi tanam pohon mangrove secara simbolis dapat menstimulasi warga untuk melakukan aksi serupa sehingga menghindari kawasan pesisir dari degradasi hutan mangrove.

"Hutan mangrove perlu dilestarikan karena selain berfungsi sebagai mitigasi bencana di daerah pesisir khususnya bagi Makassar yang merupakan water front city, hutan mangrove juga dapat menjadi penopang kehidupan fauna sebagai habitat singgah dari jenis fauna tertentu," terang Danny.

Ke depannya, Danny berinisiatif mengembangkan kawasan hutan mangrove Lantebung sebagai pusat rekreasi lingkungan hidup. Di tahun 2017, pemegang sertifikat tertinggi di bidang arsitektur itu bakal mengkonsentrasikan pengembangan ecominawisata bahari di Lantebung.

Dua puluh ribu pohon mangrove yang ditanam di Lantebung menjadi awal pengembangan kawasan ini sebagai pusat rekreasi bahari yang berwawasan lingkungan.

Selain berpotensi dikembangkan sebagai ecominawisata bahari, penanaman 20.000 pohon mangrove juga berdampak pada meningkatnya jumlah RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Makassar.

Hutan mangrove ini nantinya juga bisa menjadi salah satu tawaran solusi dari keterbatasan RTH. Bisa lebih efisien dalam penggunaan anggaran karena menggunakan tanah negara, dan bibitnya relatif mudah diperoleh. Solusi ini juga efektif untuk membangun kecintaan warga pada lingkungan dengan melibatkannya pada penanaman.

Keuntungan ekonomis juga didapatkan warga jika hutan mangrove terpelihara dengan baik, kawasan ini dapat menjadi area berkembangnya populasi ikan, udang, dan kepiting mangrove sehingga nelayan tak perlu mangayuh jauh sampannya saat akan menangkap ikan, udang, ataupun kepiting.

Saat ini, DKP3 kota Makassar bersama IFAD (International Fund for Agricultural Development), dan Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan, dan Perikanan RI membina satu kelompok infrastruktur, satu kelompok pengelola SDA, empat kelompok nelayan tangkap, dua kelompok budi daya ikan dan kepiting, serta dua kelompok ibu - ibu pengolahan. Mantap Makassar!

Ikuti tulisan menarik Fatima Az Zahra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler