x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Temukan Peluang di Tengah Kesukaran

Orang yang optimistis melihat peluang di dalam kesulitan, orang yang pesimistis melihat kesukaran di dalam peluang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Bagaimana membedakan orang yang optimistis dan yang sebaliknya? Mendiang Winston Churchill, negarawan Inggris, pernah mengatakan: “Orang yang optimistis melihat peluang di dalam kesulitan, sedangkan orang yang pesimistis melihat kesukaran di dalam peluang.” Pembedanya jelas: sudut pandang. Yang pesimistis barangkali mengakui adanya peluang, tapi ia merasa alangkah sukar mengubah peluang itu menjadi keberhasilan.

Siapapun tahu, setiap langkah dalam kehidupan selalu menawarkan tantangan—bagi individu, maupun organisasi, masyarakat, ataupun bangsa. Soalnya ialah bagaimana tantangan itu disikapi. Bila tantangan perubahan disikapi sebagai peluang, siapapun akan lebih memperhatikan sisi-sisi positif yang ada dalam tantangan itu ketimbang mengeluh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesulitan yang terkandung dalam soal matematika atau sains, umpamanya, menyediakan peluang untuk memecahkannya. Dalam kompetisi olahraga, persaingan yang ketat memotivasi pelari yang berpikir positif untuk menjadi yang pertama menyentuh garis finis. Inilah sisi menarik dari kesukaran yang ada dalam setiap tantangan: kita terdorong untuk berusaha lebih keras dan berpikir lebih cerdas.

Apa maknanya? Berbagai kesukaran akan mendorong kita untuk mencari jalan keluar. Perusahaan yang dihimpit ketidakpastian situasi ekonomi akan berusaha menemukan cara untuk berkelit dan bahkan tumbuh. Sebagai contoh, ketika kebanyakan perusahaan memutuskan hubungan kerja banyak karyawan berbakat, ada perusahaan yang melihatnya sebagai peluang untuk merekrut karyawan berbakat ini dengan biaya yang lebih murah.

Apa yang kerap dilupakan oleh mereka yang pesimistis dalam menghadapi kesukaran ialah bahwa pencarian jalan keluar dari persoalan selalu membuka pintu pembelajaran. Bukan hanya bagi individu, karyawan, manajer, maupun jajaran direksi, tapi juga perusahaan sebagai organisasi. Dari kesulitan, hambatan, maupun rintangan yang mereka hadapi, mereka akan memetik pelajaran yang sangat berharga untuk meningkatkan kualitas individu maupun organisasi.

Dalam saat-saat tersulit, perusahaan biasanya mampu menemukan kekuatan-kekuatan tersembunyi yang selama ini belum terungkit dan terasah. Di saat-saat sukar, perusahaan bisa menempa kemampuan-kemampuannya yang terpenting. Di saat-saat genting kemampuan terbaik perusahaan dapat dimunculkan. Dalam bingkai penglihatan yang positif, perubahan berarti menyediakan peluang untuk menjadikan perusahaan lebih kuat lagi.

Anda pun demikian. Ketika dihadapkan kesulitan hidup, apabila Anda percaya kepada kebaikan yang terkandung di dalamnya, Anda akan menemukan potensi-potensi pribadi yang belum terasah. “Cheese cake buatan saya disukai dan laku. Wow, kenapa saya tidak bisnis cheese cake saja?” ujar Anda kepada diri sendiri. Membuka kedai cheese cake berukuran kecil tapi cozy mungkin belum pernah terlintas di benak hingga akhirnya Anda kehilangan pekerjaan kantoran.

Banyak orang yang sudah berhasil mengubah kesukaran menjadi keberhasilan, dan bahkan kemudahan. Berpikir negatif di tengah impitan kesukaran hanya akan membuat kita tetap berkubang kesukaran. Pikiran positiflah yang mengangkat kita dari kubangan ini. Pikiran positiflah yang membuat kita terdorong untuk berubah dan mengubah keadaan, seperti dicontohkan oleh banyak orang yang membalikkan keadaan dari kegagalan menjadi keberhasilan. Bukankah kita selalu diingatkan: “Setelah kesukaran ada kemudahan.” (sumber ilustrasi: arcticsurfblog.com) ** 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler