x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bagaimana Dunia Bekerja, Menurut Chomsky

Kendati diutarakan 20-30 tahun yang lampau, pikiran Noam Chomsky tetap membukakan wawasan mengenai apa yang terjadi di dunia saat ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Kamu tidak pernah memerlukan argumen untuk menentang penggunaan kekerasan, tapi kamu perlu argumen untuk menggunakannya."
--Noam Chomsky (1928-...)

 

Meskipun The New York Times memuji Noam Chomsky dengan menulis ‘tak diragukan lagi merupakan intelektual terpenting yang masih hidup’, tapi media ini—menurut Arthur Naiman—menyatakannya dalam konteks menyesalkan sikap Chomsky. Nama profesor linguistik di Massachussetts Institute of Technology (MIT) ini jarang muncul di media utama AS. Diam-diam, pemilik media barangkali mengakui kebenaran kritik Chomsky yang sengit terhadap sikap AS maupun kondisi internal negara ini, tapi ketika kebenaran itu diungkapkan dengan cara yang kritis, mereka lebih suka menghindarinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pandangan Chomsky tentang isu-isu hubungan internasional maupun kebijakan ekonomi internal AS dianggap radikal, sehingga ia terkesan sebagai bukan warga negara yang baik. Tindakan AS di luar negeri, menurut Chomsky, mengesankan kuat watak agresif dan militeristiknya. Chomsky, dengan begitu rinci dan kritis, menunjukkan bagaiaman sikap dan tindakan AS yang berusaha menggulingkan rezim penguasa manapun yang mengambil ‘jalur alternatif’—jalur yang menampik hegemoni AS di pentas global.

Meskipun darah Yahudi mengalir dalam tubuhnya, Chomsky mengritik keras Israel dan sikap AS yang mendukung tanpa reserve. Ia menelanjangi perilaku institusi dunia, seperti IMF, yang memakai pinjaman dan bantuan untuk memanipulasi negara-negara yang sedang terbelit masalah agar mengadopsi kebijakan ekonomi neoliberal. Tujuannya bukan untuk memperbaiki kondisi rakyat, melainkan memperkaya kelompok elite yang sudah makmur.

Dalam buku How the World Works ini (Soft Skull Press, USA, 2011), Chomsky menunjukkan bagaimana dunia bekerja untuk sejumlah kecil elite kaya raya yang mengambil manfaat sebanyak-banyaknya ketimbang membiayai kaum miskin. Bahkan, proyek-proyek yang terbilang berhasil dalam mengangkat kaum miskin dari kesulitan bila perlu dihancurkan jika mengancam kepentingan AS.

Chomsky mencontohkan betapa keberhasilan sejumlah proyek di Nikaragua, termasuk di sektor sosial yang dapat menjadi basis pembangunan sosio-ekonnomi jangka panjanng, telah menimbulkan ketakutan di antara perencana kebijakan di AS. Pada 1981, menurut Chomsky, orang dalam Departemen Luar Negeri membual bahwa AS akan “mengubah Nikaragua—yang ketika itu dikuasai Sandinista—menjadi Albania-nya Amerika Tengah’.

Chomsky juga mengritik pilihan AS untuk mengobarkan perang di Irak. Chomsky  menentang perang sejak berupa gagasan, bahkan ia juga mengritik para pengritik perang yang beranjak dari alasan ongkos dan risiko kegagalan. Bagi Chomsky, perang Irak adalah salah satu contoh imperialisme Amerika, sebuah ekspresi dari rezim yang jahat.

Buku ini disusun dari pidato-pidato Chomsky serta wawancara oleh David Barsamian, yang hasilnya disunting secara intensif oleh Arthur Naiman (edisi Indonesia diterbitkan oleh Bentang, 2014). Di tengah kelangkaan bacaan tentang ide-ide Chomsky dalam bahasa Indonesia, buku ini memberi kontribusi yang sangat berarti karena menyingkapkan ketajaman pikiran Chomsky, dengan wawasan yang menembus pusat masalah, disampaikan secara gamblang, dan ramah-baca. “Saya terkejut ketika menyadari betapa gagasannya lebih mudah dipahami dengan mendengarkannya berbicara ketimbang membaca tulisannya,” tulis Naiman dalam Catatan Editor buku ini.

Naiman, sebagai penyunting, memilah hasil transkrip pidato dan wawancara ke dalam empat tema besar, yang semula terbit secara terpisah. Pertama, ‘Apa yang sesungguhnya diinginkan Paman Sam’. Kedua, ‘Yang kaya sedikit dan yang gelisah banyak’. Ketiga, ‘Rahasia, kebohongan, dan demokrasi’. Serta keempat, ‘Kebaikan bersama’. Media utama AS boleh enggan mengutip Chomsky, tapi antusiasme masyarakat AS sendiri terhadap buku ini—yang terjual lebih dari 600 ribu eksemplar beberapa bulan setelah terbit dalam bahasa Inggris pada 2011.

Analisisnya yang tajam mengenai isu-isu ketidakdilan, perdamaian, perang, diskriminasi, dan bahkan watak manusia menjadikan buku ini pengantar yang baik untuk mengenal pemikiran kritikus sosial terpenting saat ini, sebagaimana tertuang dalam buku-buku Chomsky yang lain. Ide-idenya melampaui jabatan akademisnya sebagai guru besar linguistik. (chomsky dan bukunya; sumber foto Chomsky: democracynow.org) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler