x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sebersit Hasrat saat Berkurban

Mungkinkah berkurban dapat berjalan alamiah, tanpa berhitung untung-rugi, atau ingin jadi pusat perhatian?.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Cerita kecil ini mungkin saja dialami oleh siapapun. Mungkin dianggap biasa, tapi barangkali pula membuat kita menarik napas lebih dalam.

“Saya sudah berkurban waktu dan tenaga untuk datang ke sini, tapi ia malah ogah-ogahan. Datang terlambat, dari dulu kok tidak berubah,” kata saya sembari menggerutu menunggu kedatangan seorang kawan. Kawan saya yang lain tersenyum, “Ah kamu, berkurban seperti itu saja mesti bilang-bilang. Mungkin saja ia ingin datang tepat waktu tapi terhalang sesuatu.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya kerap iri melihat cara kawan saya itu menanggapi suatu persoalan. Tanpa prasangka. Ia percaya bahwa manusia pada dasarnya ingin berbuat baik, termasuk datang tepat waktu. Ia juga yakin bahwa berkurban seringkali memang diperlukan. Dan, kecil atau besar pengorbanan itu, tak perlulah diucapkan, dengan lirih sekalipun, apa lagi dengan lantang.

“Saya hanya bisa berkurban seekor domba kali ini,” kata saya lain waktu menyaksikan kawan itu berkurban dua ekor sapi. “Ah kamu, berkurban kok menggerutu,” ujarnya menanggapi, mungkin nada ucapan saya tertangkap seperti tidak puas. “Dua ekor sapi belum tentu lebih hebat dari seekor dombamu itu.”

“Saya juga iri melihat orang bisa berkurban 99 ekor sapi dan domba yang nyaris tak terhitung banyaknya,” kata saya. “Di mana kamu lihat?” tanya kawan saya. “Di televisi, kan ada siarannya. Kamu gak nonton ya?” Ia menggeleng, terdiam, lalu berkata lagi: “Bahkan, seekor dombamu pun bisa mengalahkan berpuluh ekor sapi bila kamu tidak bercerita pada siapapun dan tidak menggerutu.”

Bro, berbuat baik di zaman sekarang itu susah ya. Masak sekedar ‘unjuk rasa’ agar orang lain tahu saja gak boleh?” kata saya agak protes. “Kebaikan itu satu-satunya investasi yang tidak pernah gagal,” ujar kawan saya. “Tanpa ‘unjuk rasa’ pun, investasi itu akan kembali kepada kamu. Jadi, kamu gak perlu ngomong ke sana kemari, mengundang jurnalis hanya untuk meliput peristiwa kamu berkurban 99 ekor sapi dan domba yang nyaris tak terhitung banyaknya.”

“Wah, andaikan saya selebritas, rugi dong kalau saya nggak bilang-bilang, ini kan cara ampuh untuk mendongkrak popularitas,” ujar saya. “Bahkan, di saat pilkada seperti sekarang, berkurban pun menguarkan aroma politis yang sayang untuk diabaikan. Bukankah kita memerlukannya agar diingat orang banyak? Momen-momen seperti ini selalu menarik perhatian media, kan? Bukan ini saat yang tepat untuk meningkatkan popularitas dan mendongkrak elektabilitas?”

La dalah,” kata kawan saya, “berbuat baik kok ngitung untung rugi. Sudah kubilang, kebaikan itu satu-satunya investasi yang tidak pernah gagal. Jika tidak segera terlihat, hasil investasi itu niscaya akan kembali suatu saat nanti. Pokoknya, tidak pernah gagal. Jadi nggak usah bikin kalkulasi lagi, nggak perlu bilang-bilang lagi. Jangan ingin dilihat orang lain atau diekspose media. Semua itu hanya akan membuat pengurbananmu percuma.”

“Masuk hati juga sih kata-kata kamu. Tapi, ngomong-ngomong, betul ya Bro, berbuat baik di zaman sekarang tidak mudah. Ada godaan untuk dilihat orang lain: pasang status sedang nawar harga sapi gemuk atau pasang foto di instagram sedang menimbang daging atau dipotret jurnalis lagi menyerahkan sapi kurban.”

“Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Kalau mau mudah, sebenarnya enteng saja. Lakukan dan kerjakan begitu saja, tak usah banyak berpikir, maka berbuat baik akan jadi mudah, berkurban pun jadi mudah,” kata kawan saya.

“Kedengarannya tidak hebat,” kata saya menanggapi.

“Kedengarannya, dan kelihatannya, memang tidak hebat. Tapi berkurban secara naluriah, tanpa embel-embel apapun, membutuhkan perubahan hebat dalam hatimu,” ujarnya sembari menyeruput kopi hangat (Foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu