Kegiatan Minggu pagi selalu berkesan. Pada minggu pertama bulan September ini misalnya. Seorang ibu muda bernama Iryani mengikuti senam aerobic di jalan utama kompleks rumah kami. Beragam kalangan usia mengikuti senam masal ini. Kaum Bapak bersaing dengan para ibu. Kalangan remaja dan anak-anak pun tak mau kalah. Semua bergoyang satu irama mengikuti gerakan intstruktur yang lincah dan seakan tak kehabisan tenaga itu.
Dalam hentak gerak senam yang dinamis, Iryani masih dapat membagi perhatian. Pandangannya secara bergantian mengarah pada instruktur senam dan putri kecil di sampingnya, Naura. Tangannya bergerak mengikuti aba-aba sang instruktur dan irama lagu. Tak lama berselang, tangan yang sama cekatan memainkan sendok nasi kemudian mengarahkannya pada bibir mungil si buah hati. Aerobic dan menyuapi anak, dijalani Iryani Minggu pagi itu.
Iryani bukan satu-satunya. Keaktifan berolah tubuh telah menjadi agenda masyarakat luas. Utamanya di Minggu pagi, kumpulan masyarakat yang berolah raga menyemut di setiap gelanggang, sudut-sudut jalan, atau tanah lapang di sela-sela permukiman. Hal ini sebagai pertanda meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya olah raga. Tumbuhnya pemahaman masyarakat pada gaya hidup sehat. Bukankah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat?
Gaya hidup yang dijalani merupakan “investasi” bagi tubuh. Pola hidup sehat dengan membiasakan mengkonsumsi makanan bergizi dan giat berolah raga akan menuai “buah” berupa tubuh yang sehat. Pun begitu, pola hidup tak teratur yang ditunjukkan dengan kebiasaan merokok, konsumsi buah dan sayur yang kurang, dan malas berolah raga –sekadar menyebutnya tiga- akan menuai buah berupa kurang bugarnya tubuh. Serangkaian penyakit lebih sering mendera kelompok yang kedua ini, salah satunya penyakit jantung.
Tubuh yang aktif bergerak merupakan penanaman modal yang murah bagi kesehatan jantung. Kebiasaan berolah tubuh akan “melatih” jantung berdegup dengan teratur. Dibanding yang kurang bergerak badan, otot jantung lebih kokoh jika sejak kecil giat berolah raga. Kelebihan jantung yang kokoh terletak pada efisiensi gerakannya. Ibarat pompa, jantung yang kokoh dapat menumpahkan lebih banyak darah sekali pompa dibandingkan jantung yang kurang terlatih.Otot jantung yang kokoh cukup berdegup lebih sedikit dibanding jantung yang tak terlatih untuk mencurahkan jumlah darah yang sama (Dr. Handrawan Nadesul).
Jantung berdegup lebih cepat saat kita melakukan aktifitas fisik, naik tangga misalnya. Deg-degan kala menunggu hasil ujian, merupakan pertanda akan aktifitas jantung yang meningkat. Dua keadaan ini biasa kita alami. Keduanya begitu dekat menyertai keseharian kita. Dalam dua keadaan tersebut, jantung kita bekerja lebih keras dari biasanya. Dengan otot-otot jantung yang kokoh, kita tak khawatir saat melakukan aktifitas fisik yang meningkat atau pun kala kita menghadapi keadaan yang menguras emosi. Begitu penting bagi kita untuk memiliki jantung dengan dinding yang kokoh. Jantung yang sehat.
Practice make perfect kata pepatah. Berlatih, membiasakan diri untuk aktif bergerak adalah cara mudah meraih kesehatan jantung. Kehidupan yang dijalani sehari-hari ibarat “gymnasium” alami bagi kesehatan jantung. Kita bisa berjalan kaki alih-alih naik ojeg untuk pergi ke pasar; anak-anak tangga sebaiknya menjadi pilihan kita ketimbang lift; dan rekreasi ke taman bermain sebagai ganti jalan-jalan ke mall. Bukankah cukup mudah dan murah untuk menuju kesehatan jantung?
Iryani dan tetangganya telah menjalani pola hidup sehat dengan aktif bergerak. Kegiatan di hari Minggu itu mencerminkan semangat mereka meraih cita-cita semua orang; hidup sehat dengan jantung sehat. Tak sebatas dalam kegiatan “formal”, dalam keseharian, hendaklah kita menjalankan pola hidup sehat dengan aktif bergerak.
Ikuti tulisan menarik Iwan Setiawan lainnya di sini.
