x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pelayan Kekuasan yang Gelap Mata

Tak setiap orang sanggup menundukkan kekuasaan, seringkali yang terjadi justru sebaliknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai figur yang berperan penting dalam Revolusi Amerika dan pernah duduk di kursi presiden, Abraham Lincoln agaknya menyadari benar kuatnya aura kekuasaan. Dalam satu kesempatan, Lincoln mengingatkan pengaruh kekuasaan terhadap manusia. “Hampir semua orang sanggup menanggungkan kesengsaraan,” kata Lincoln, “tapi jika engkau ingin menguji watak seseorang, berilah ia kekuasaan.”

Di tangan orang yang tepat, kekuasaan berpotensi mendatangkan manfaat bagi rakyat—melayani, menyejahterakan, mengayomi, dan menegakkan keadilan bagi yang berhak. Di tangan yang tidak tepat, kekuasaan bisa saja mubazir, sia-sia, dan bahkan mungkin lumpuh di hadapan kekuasan lain. Di tangan orang yang tak memahami rakyatnya, kekuasaan yang besar sekalipun tidak memberi manfaat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlebih lagi di tangan yang salah; kekuasaan akan mendatangkan bahaya bagi banyak orang—bahaya tidak selalu bermakna kematian, tirani, kediktatoran, atau penindasan, melainkan juga kerusakan masyarakat. Ketika korupsi dan suap menjadi bagian hidup dari kekuasaan, virusnya akan menular dengan cepat dan menggerogoti sendi-sendi kehidupan masyarakat. Kekuasaan di tangan yang salah menjadi ancaman terbesar bagi martabat kemanusiaan.

Kekuasaan bukan saja menyingkapkan watak sejati seseorang yang memilikinya, seperti dikatakan Lincoln, tapi bahkan mampu mengubah watak itu. Dalam dongengnya yang memikat, The Lord of the Rings, John Tolkien mengisahkan perihal Cincin Kuasa yang sanggup menguasai hati orang yang memakainya. Auranya mengalirkan ruh ketamakan, kekejian, dan hasrat berkuasa ke dalam jiwa pemakainya.

Juga, hasrat untuk memengaruhi orang lain—membuat orang terbujuk untuk mengikuti kehendaknya; membuat orang lain tak punya pilihan kecuali menyetujui pendapatnya; membuat orang berminat meminta pertolongan kepadanya untuk memengaruhi orang lain. Inikah kenikmatan memerintah, berkuasa, dan memengaruhi—kenikmatan yang diburu oleh banyak orang? Bukan memerjuangkan cita-cita dan keyakinan?

Cincin Kuasa dalam dongeng Tolkien tak ubahnya keris sakti ciptaan Mpu Gandring—tak mudah bagi siapapun yang menyimpan cincin dan keris ini untuk menguasai keris sakti ini. Alih-alih demikian, yang terjadi justru sebaliknya, keris Mpu Gandringlah yang menguasai pemegangnya—keris ini mengalirkan aura kekuasaan dan ketamakan. Kesaktiannya memakan korban siapapun yang memegangnya, bahkan juga yang membuatnya.

Sejarah menunjukkan, di dalam kemuliaan tujuan sekalipun kadang terselip benih-benih yang sanggup menggelincirkan manusia ke dalam lorong kegelapan. Berulang kali terbukti manusia sukar dan bahkan tidak mampu mengendalikan kekuasaan yang ada dalam genggamannya. Lebih banyak manusia terjebak dalam cengkeraman kekuasaan—menjadi manusia yang didikte oleh logika kekuasaan.

Ketika kekuasaan menghendaki kemegahan, manusia pun melakukan segala cara agar tampak megah dan berpengaruh—menindas, menekan, memaksa, hingga bertindak korup dan menikmati upeti. Pada momen itulah, ia bukan lagi manusia yang mampu mengendalikan kekuasaan untuk mengangkat harkat kemanusiaan, melainkan telah menjadi pelayan kekuasaan yang gelap mata. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler