x

Iklan

Abdul Munir A.S

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sisi-sisi Lucu, Para Calo Pilkada

Tapi saya membayangkan, jika kemudian, kepala daerah yang didukung PAN, adalah hasil bawaan dari calo yang tak jelas visi dan orientasi dan cuma jadi bahan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Minggu (18/2016), bertempat di kediaman ketua umum BM PAN Ahmad Yohan, kami duduk bercengkrama selepas mempersiapkan pengumuman susunan pengurus DPP BM PAN 2016-2021. Seperti biasa, kalau sudah kumpul, yang kami obrolin bukan melulu masalah serius, lebih sering juga obrolan yang lucu-lucu dan bisa bikin tertawa terpingkal-pingkal.

Jadi tertawa adalah bantal tempat bersandar, setelah penat dan pegal dari urusan politik. Politik itu katanya tak perlu kau angkat tapi berat dan tak perlu kau kulkasi tapi jarang adem. Jadi sering kali kami selalu mencari cerita yang bisa bikin tertawa ngakak, setelah berjibaku dengan urusan masing-masing yang tak jauh dari atmosfer politik. Asalkan tidak tertawa sendiri tanpa sebab. Itu lain soal.

Malam itu, hampir dua jam kami duduk, handphone Ketum Yohan terus  bordering, tak lain panggilan masuk ke handphone-nya pasti urusan Pilkada di daerah. Kalau bukan dari calon Bupati/Walikota, pasti dari pengurus partai yang sudah engap-engap menunggu SK DPP PAN untuk jagoannya. Tapi kalau dikira-kira, 90 persen panggilan masuk ke HP ketum adalah dari calo Pilkada. Calo ini dibagi lagi berbagai macam rupa. Ada calo internal partai calo eksternal dan calo seolah-olah kader partai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Calo ketiga ini punya cara nekat. Kalau pun dia dari daerah, hal pertama yang ia lakukan setiba di Jakarta adalah ke Pasar Senin mencari atribut PAN. Mulai dari baju partai, pin berlogo partai yang menempel ke dada kiri dan kanan, topi,dan seluruh atribut yang sekiranya membuat orang-orang di Jalan Senopati No.113 mengira ia pure kader PAN, padahal tipu-tipu.

Yang paling membingungkan adalah calo yang punya jabatan di struktur partai. Dia bukan bukan tim Pilkada DPP, tapi sibuknya melebihi para elit itu. Hampir pilkada di seluruh kabupaten/kota se Indonesia mau diurusinya.  

Nah, hingga sekitar pukul 21.00 WIB, tiba-tiba ketum Yohan menerima panggilan masuk lagi calo pilkada. Orang ini mempresentasikan calon kepala daerah yang dijagokan. Katanya pasangan jagoannya punya jabatan penting di daerah. Calon bupatinya Sekda Kabupaten dan calon wakilnya ketua DPRD.

Tapi nama kedua calon kepala daerah ini tak dihafalnya ketika ditanya ketum Yohan. Lah, ini gimana bang,  punya calon bupati kok ga tau namanya; ketus Ketum sambil menahan tertawa yang sudah nyaris meledak di ujung bibir.

Lantas ketum Yohan tanya lagi, “bang, jagoan abang ini surveinya berapa?” Tanpa pikir panjang, orang ini langsung tancap jawaban, “begini ketum Yohan, calon yang saya bawa ini sudah di dukung dua rumah ibadah di kampung kami.” Jangan ditanya lagi, suara telepon yang di-loudspeaker itu, membuat kami tertawa jingkrak-jingkrak. Tapi begini, itulah profile kualitas dan sumber daya politik kita. Asalkan bisa bikin tertawa, itu sudah cukup.

Tapi saya membayangkan, apa jadinya, jika kemudian, kepala daerah yang didukung PAN, adalah hasil bawaan dari calo yang tak jelas visi dan orientasi dan cuma jadi bahan tertawa. Asal ada, asal ramai dan asal bisa menyuplay gizi. Jadi pilkada yang mestinya menjadi ajang mengatrol sumber daya politik, justru menjadi pasar bagi para calo. Calo boleh, asalkan kandidat kepala daerah yang dibawa punya efek manfaat untuk partai di pemilu 2019. []

Ikuti tulisan menarik Abdul Munir A.S lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB