x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pancarkan Energi Positif ke Sekitar Anda

Interaksi Anda dengan orang-orang di sekitar Anda akan menciptakan energi relasional yang bisa berpengaruh baik maupun buruk terhadap kinerja Anda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Pernahkah Anda mengalami suasana hati yang mendadak bersemangat ketika memperoleh kabar seseorang akan masuk ke dalam tim—seseorang yang dikenal aktif, senang bekerja sama dalam tim, selalu berpikir positif, dan gagasanya kreatif. Lain kali, Anda mungkin merasa semangat mengendur begitu mengetahui bahwa seseorang ditunjuk menjadi atasan yang baru, dan dia dikenal sebagai sosok yang senang berpolitik di tempat kera. “Wah, bakal repot,” begitu pikir Anda.

Semangat bisa terdongkrak atau merosot karena munculnya energi sebagai hasil interaksi dengan orang-orang di tempat kita bekerja—inilah yang disebut ‘energi relasional’. Sedikit atau banyak, energi yang lahir dari interaksi dengan orang-orang di sekeliling kita ini akan berpengaruh terhadap kinerja kita. Betapa sering kita mendapati banyak orang merasa tidak nyaman ketika ada orang baru ditempatkan di situ dan ia dikenal sebagai si ‘pembuat onar’—usil, suka terlambat, dan kerap melepas tanggung jawab.

Sejauh mana keyakinan tentang pengaruh interaksi ini terhadap kinerja, Wayne Baker, guru besar administrasi bisnis di Ross School of Business, University of Michigan, AS, berusaha mencari pijakan yang lebih dapat diterima secara ilmiah. Baker bersama sejawatnya, Owens, Sumpter, dan Cameron, lalu memelajari isu tentang energi relasional karena alasan energi ini merupakan sumber daya penting bagi individu maupun organisasi.

Baker dan sejawatnya berusaha memahami bagaimana energi relasional berdampak terhadap motivasi, keterlibatan, dan kinerja karyawan. Apakah kata-kata yang diucapkan rekan kerja berpengaruh? Siapa yang berpotensi menurunkan semangat kerja?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada sebuah kisah tentang seorang karyawan yang merasa senang oleh kehadiran atasannya yang baru. “Ia menyukai pekerjaannya dan secara umum ia pribadi yang sangat bahagia,” kata karyawan ini, “dan itu memberi energi kepadaku.” Lanjutnya, “Ia selalu datang ke tempat kerja dengan tersenyum, dan ini menciptakan atmosfer positif di lingkungan kerja. Saat bercakap-cakap, ia memberi perhatian penuh dan mendengarkan dengan cermat.”

Pengalaman memperoleh energi relasional dengan pemimpin berpotensi mendongkrak motivasi seseorang dalam bekerja. Karyawan akan fokus memberi perhatian kepada tugas. Energi relasional yang positif ini juga bisa diperoleh manakala pemimpin tidak mencari-cari atau selalu menimpakan kesalahan kepada anak buah, sehingga anak buah berani mengambil risiko dalam bertindak.

Yang perlu diingat, setiap orang di dalam lingkungan kerja—termasuk Anda—adalah ‘sumber’ energi relasional sekaligus ‘penerima’ energi dari orang lain. Interaksi bersama inilah yang mampu mendongkrak motivasi atau sebaliknya menurunkannya. Bila Anda tergolong sumber energi relasional yang positif, orang-orang akan senang berada di dekat Anda, sebab mereka merasa nyaman dalam bekerja. Dengan senang hati mereka menawarkan bantuan, ide, masukan, maupun informasi kepada Anda.

Hal sebaliknya juga berpotensi terjadi. Kehadiran Anda mungkin menyebabkan semangat orang lain menurun (de-energizing). Orang-orang tidak suka bekerja sama dengan Anda karena Anda mudah marah, bersikap suka menekan (“Saya tidak mau tahu, pokoknya harus beres 1 jam lagi!”, atau mudah menyalahkan anak buah (“Saya sudah bilang apa?”). Respon yang terburuk, mereka malas atau bersikap menolak untuk bekerja dengan Anda, karena Anda lebih banyak mengirim energi relasional negatif ke lingkungan kerja.

Lantas, apa kira-kira yang dapat dilakukan untuk meningkatkan energi relasional yang positif ke sekeliling kita? Baker menawarkan sejumlah kiat berikut ini:

Pertama, bangunlah koneksi yang baik dengan orang-orang di sekitar Anda. Anda harus berusaha menunjukkan bahwa Anda orang yang sangat layak diterima karena bersikap ramah, tetap tegas dalam memimpin, menginspirasi, dan berani mengambil risiko. Tunjukkan hal itu misalnya dengan menangani tantangan bersama-sama dengan mereka.

Kedua, ciptakanlah acara-acara yang mendongkrak energi (energizing events). Jalankan acara dengan fokus pada upaya menciptakan energi positif. Sampaikan topik yang membuat tim berpikir positif, antusias, dan bertekad membangun kerjasama tim—ini bukan pembicaraan mengenai produk atau jasa, melainkan tentang cita-cita mulai di balik tujuan bisnis.

Ketiga, promosikan budaya ‘memberi’. Tindakan membantu orang lain saat bekerja berpotensi menciptakan energi positif—semacam aliran hangat yang diberikan ke orang-orang sekitar kita. Di sisi lain, menerima bantuan akan menciptakan energi positif dalam bentuk bersyukur. Bagaimana membuat seseorang mau menerima bantuan tanpa merasa direndahkan karena dianggap tidak mampu memerlukan pendekatan tersendiri.

Keempat, petakan energi relasional. Di balik gambar struktur organisasi sebenarnya terdapat jejaring yang tidak kasat mata, yang terkait bagaimana orang-orang di kotak-kotak organisasi itu saling berinteraksi. Lewat interaksi inilah energi relasional terbentuk. Berbekal struktur tersebut, Anda dapat memetakan di mana energi positif terbentuk dan di mana energi negatif berpotensi muncul. Beranjak dari peta ini, organisasi dapat melakukan perbaikan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif bagi semua orang.

Jadi, buatlah kehadiran Anda menguarkan energi positif yang diserap orang-orang di sekeliling Anda. (Foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler