x

Salah satu peserta aksi memakai baju tahanan KPK dalam aksi teatrikal berjudul Dari Titik Nol Indonesia Damai di depan Monumen Pembebasan Irian Barat Mandala, Makassar, Sulsel, 11 November 2015. TEMPO/Iqbal Lubis

Iklan

ibnu Burdah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Politik Itu Suci, Jangan Kau Nodai

Politik seharusnya bermakna instrumen untuk mewujudkan nilai-nilai agung dan kepentingan bersama. Karenanya, politik itu suci.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Sungguh memprihantinkan, sekali lagi pejabat tinggi negara diduga kuat terlibat dalam memperdagangkan pengaruhnya. Kendati masih memerlukan pembuktian di pengadilan, rasanya sangat sulit bagi mereka yang tertangkap tangan oleh KPK untuk membantah tuduhan bersalah.

Hakikat

            Politik seharusnya bermakna instrumen untuk mewujudkan nilai-nilai agung dan kepentingan bersama. Karenanya, politik itu suci sebab  digunakan untuk tujuan-tujuan suci. Tetapi, politik berbeda dari kebajikan lain yang hanya membawa manfaat terbatas. Kebajikan politik membawa implikasi dan manfaat amat luas. Karena itu, kebajikan politik lebih agung, lebih mulia dari yang lainnya. Kebajikan politik membawa kebajikan untuk banyak orang, bukan hanya untuk pribadi, keluarga, golongan, kelompoknya atau segelintir orang, namun untuk seluruh lapisan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya. Kesalehan politik adalah kesalehan yang amat tinggi sebab ia mencakup kesalehan pribadi (karakter-spiritual-transendental), kesalehan sosial, kesalehan lingkungan, dan kepedulian terhadap segenap bangsa dan kemanusiaan.

Karena itu, jangan sekali-kali menodai kesucian dan kemuliaan itu. Saya sungguh bicara serius, bukan untuk main-main. Gambaran politik itu pasti kotor, hampir tuna moral, menggunakan segala cara, penuh ketidakjujuran dan pengkhianatan, adalah salah belaka. Keyakinan seperti itu pasti hanya berkembang di kalangan masyarakat yang sedang tidak sehat jiwa dan nuraninya atau frustasi dengan perilaku para pemimpinnya yang terlalu enteng menyalahgunakan wewenang padahal pasti mengakibatkan kesengsaraan banyak orang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Amanat politik adalah tugas yang teramat agung. Melakukan pengkhianatan terhadap tugas itu berarti melawan nurani yang paling dalam. Seseorang yang sehat nuraninya pasti berupaya dengan segenap kemampuannya untuk melakukan hal terbaik dan maksimal ketika ia diberi amanat merawat  bangsa, masyarakat, dan rakyat-apalagi di antara masyarakat itu pasti banyak orang yang miskin papa, terpinggirkan, dan tertindas. Para pelaku politik pasti tidak akan tega melakukan pengkhianatan sedikitpun terhadap mereka. Jika itu tetap saja mereka lakukan berarti mereka telah terlalu jauh melampaui batas-batas moral.

            Melakukan pengkhianatan politik juga berarti mengkhianati Yang Maha Kuasa. Karena itu, penjahat politik, bisa dipastikan, adalah orang yang rendah spiritual-keagamaannya betapapun formalitas ritual dan gelar keagamaan tampak meliputi dirinya. Menodai tugas politik sama dengan menodai spiritualitas-keagamaan. Namun menodai politik memiliki dampak lebih berbahaya sebab ia juga mengkhianati kehidupan sesama; masyarakat, bangsa, atau negaranya.

Dengan demikian, kejahatan politik adalah puncak kejahatan sebab ia bukan hanya berbuat jahat kepada Yang Maha Kuasa dan menodai nuraninya sendiri namun juga mengkhianati kehidupan manusia dengan skala yang sangat luas. Penjahat politik pasti adalah orang yang tidak memiliki spiritualitas atau memilikinya namun sangat rapuh, tidak bernurani, dan tidak memiliki rasa kasih sayang atau welas terhadap sesama.  Tidak ada orang yang lebih buruk daripada itu sebab ia mengumpulkan semua bentuk kejahatan; moral, spiritual, dan sosial. (Sebagian tulisan ini dikutip dari buku Ibnu Burdah, Islam Kontemporer: Revolusi dan Demokratisasi, Malang: Intrans Publishing).

Politik adalah jalan tol untuk mengabdi kepada bangsa, negara, dan kemanusiaan. Politik adalah al-shiraat al-mustaqiim menuju Tuhan. Politik adalah jalan tepat untuk mencari eksistensi diri dalam kehidupan. Untuk merawat keagungan dan kemuliaan itu, politisi paling minimal harus mencari jalan yang benar-benar halal dan thayyib (baik) dalam menuju kekuasaan baik legeslatif maupun eksekutif.

Wallahu a’lam

Dr. Ibnu Burdah, MA, adalah dosen UIN Sunan Kalijaga, guru ngaji, dan penulis buku 1. Pendidikan Karakter Islami untuk anak SD/ SMP/ SMA, 2. Kristal-Kristal Cinta  Para Filsuf, Sufi, dan Nabi. 3. Metode Baca al-Qur’an ramah Anak Iqra’ Tartila. 4. Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah. 5. Islam  Kontemporer: Revolusi dan Demokratisasi. 6. Bahasa Arab (untuk Hubungan) Internasional. 7. Segitiga Tragedi Tanah Palestina. 8. Wajah Baru Yahudi Orthodox vs Zionisme Zionisme. 9. Puisi-Puisi Nakal dari Pesantren: Setengah Humor Setengah Cendekia. 10. Terjemah Puitis Al-Qur’an Sunan Kalijaga.

Ikuti tulisan menarik ibnu Burdah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler