x

Iklan

TD Tempino

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tidak Usah Ke Hongkong, Disini Ada

Sessi foto terus dilakukan. Minta tolong kepada pelayan restoran berkali kali. Makanan pun terhidang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Chasiana mempromosikan destinasi wisata serasa. Oh apa pula itu serasa. Awak menjadi penasaran sehingga tanpa banyak tanya langsung menyetujui tempat dimana kami akan makan siang. Ini bukan sekedar acara makan siang namun ada nuansa silaturahim kental di antara komunitas wong kito galo. Silaturahim mengikuti takdir ketika tahun 1971-1975 kami pernah kuliah di Akademi Perawat Departemen Kesehatan Palembang.

Rusiandi kelihatan semangat sekali ingin bertemu dengan Fachrurrozi, Tjendrawasih, dan sahabat sahabat lain yang terpisah sejak wisuda. Tahun 2014 Reuni di Bengkulu, awak, Taslim, Yana dan Ana serta Rosyati hadir.  Di Pangkal Pinang Bangka Juli 2016 lebih banyak Angkatan 4 hadir.  Tambahan muka baru yang baru muncul : Rozi dan Sutisna (Acu) Suaibah, Muzakir kumpul semua.  Masih beberapa sahabat yang belum terdeteksi selain Icun Jambi, dan Amir Gofar yang baru ditemukan.  Dimana dikau sahabat Bedul (A Hamid), Markani, Herry Sulaiman, Farida Zet, Herawati ,.....

Dari Bengkulu , Andi dan Saldanis menggagas pertemuan di ibukota. Soal tempat makan siang terserah kawan kawan Jakarta, yang penting ketemunya bukan soal menu. Awak mengusulkan dimana saja tetapi tolong reuni ini bukan soal kangenan saja tapi tolong juga ada reuni lidah. Maksud awak kalau bisa sekali lagi kalau bisa menu makanan kita bernuansa sumatera selatan. Adolah mpek mpek, tekwan,  martabak har atau mie celor (seperti yang pernah menjadi makanan pokok ketika kuliah dulu) dii meja makan kita nanti

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah diskusi panjang melalui WhatsApp (WA) dan  semakin mepetnya waktu pertemuan maka usulan Yana menjadi pilihan utama. Jadilah kami berkumpul di destinasi serasa itu pada hari Ahad, 25 September 2016. Rozi sudah tiba dari Palembang, Saldanis baru minggu pagi mendarat dari Bengkulu. Sedangkan alumni Angkatan 4 lainnya bermukim di Jakarta, Bekasi dan Tanggerang.

Dalam perjalanan menembus macet Jakarta awak sempat menulis pantun di WA. Begini bunyinya :

  • sungai penuh negeri kopi
  • jauh disana propinsi jambi
  • wahai sobat yang sudah janji
  • mari penuhi undangan  rusiandi

Menulis Pantun merupakan hobi awak sejak beberapa minggu lalu. Setiap hari menulis pantun sebagai kreasi hasil inspirasi diri sesuai dengan suasana bathin dan suasana negri. Khusus untuk hari ini awak sebenarnya sedikit memotivasi atau bolehlah menyindir sobat yang setengah hati menghadiri silaturahmi.

 

Melawan Car Free Day di Jakarta bukan hal mudah. Pertemuan yang harapkan mulai pukul 11,00 ternyata hanya teori di WA. Berbelit belit mencari jalan untuk menghindari CFD awak akhirnya tiba terlambat 11 menit dari waktu yang dijanjikan. Untunglah awak bukan termasuk yang sangat telat sekali karena masih ada beberapa sahabat yang lebih lelet alias terlambat datang dengan berbagai alasan.

Yana sebagai panitia yang kemudian diangkat sebagai sekretaris angkatan nampaknya gelisah. Taty katanya sudah ada di Gedung namun masih belum bisa menemukan tempat makan di lantai 3. Bukan karena mantan polisi awak di tugaskan teman teman menjemput Taty, tapi karena pemahaman medan melebihi satpan gedung awak bergegas menuju lobby arjuna. Ya Tati nampaknya sudah setengah putus asa sampai mengancam akan pulang saja kalau tidak ketemu kawan kawan. Beliau terjebak di hutan beton nampaknya.

Awak sebenarnya berniat mengajak istri yang juga alumni.  Namun apadaya rencana itu tak kesampaian.  Pasalnya Anak nomor satu yang tinggal di Cibubur meminta neneknya menjaga cucu bersebab besan sedang ada gawean di Bandung.  Icha hadir bersama Ratna Djuwita dan Tuty.  Tjendrawasih hadir bersama istri dan terakhir Ana Saman beserta anak cucu tiba di area silaturahim.

Sahibul hajad muncul. Andy dan Saldanis sobat yang sejak tamat kuliah bekerja di Propinsi Bengkulu. Mulailah pesanan makan dengan harga dua kali lipat. Biarlah mahal sedikit yang penting pertemuan ini membuat kami semua gembira ria bercerita kisah lama. Awak memilih menu  yang tidak tersedia di rumah. Itulah rumus kawan kawan polri ketika di traktir makan. Ngapain pesan makanan yang biasa, cobalah masakan yang unik walaupun ber resiko tidak cocok dengan perut.

Sessi foto terus dilakukan. Minta tolong kepada pelayan restoran berkali kali. Makanan pun terhidang mulailah kami menyantap hidangan sesuai dengan pesanan masing masing. Rasa nano nano awak rasakan di menu ala barat bercampur hainan. Tapi biarlah, membelajarkan si kampong tengah (perut) tentang keberagaman masakan internasional. Celakanya sang perut yang terbiasa menerima nasi padang tetap unjuk rasa. Sang lidah terpaksa protes sedikit yang katanya hidangan hari itu tak senikmat rendang masakan terenak nomor satu didunia.

Waktu sholat Dzuhur tiba, Bergiliran menunaikan ibadah di musholla yang lumayan bersih walaupun agak sempit . Setelah perut kenyang, maka dilakukanlah beberapa kesepakatan. Pertemuan selanjutnya mau diadakan dimana dan kapan. Awak memberanikan diri mengajukan usul agar silaturahim selanjutnya di adakan di kediaman. Alhamadulillah sahabat setuju, Nanti kita bahas di WA terkait waktu pertemuan. Kalau bisa semakin banyak alumni yang hadir.

Nah disini baru awak masuk ke kata serasa. Yana sebagai penjuru yang juga bertindak sebagai guide menuntun para sepuh ke lantai 4 dan lantai 5. Inilah lokasi tempat mejeng alias selfie yang mirip destinasi wisata luar negri. Kami terkagum kagum, memang benar adanya indah. Mata kami di puaskan dan dimanjakan pemandangan seperti bukan di nusantara. Mulailah juru foto beraksi. Secara bergantian bergaya di belakang latar yang ada tulisan kanji. Tulisan berhuruf china yang kami tidak mengerti artinya seolah menunjukkan kami sedang berada di Hongkong.

Beberapa view dengan angel berbeda diambil. Ada lampion disana, adapula kuil dengan corak khas tembok china. Jadi seandainya foto itu di share di saudara saudara wong kito so pasti mereka percaya 100 %  kami bilang foto itu di ambil di Macau atau Hongkong atau Beijing atau Taiwan. Seandainya sobat ingin pula berfoto disana, silahkan datang ke Grand Indonesia di kawasan Bunderan Hotel Indonesia.

Salamsalaman

TD

 

Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler