x

Iklan

Siti Rizki Noviana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jantung Sehat, Investasi Mahal Tiada Tandingan

Jantung sehat yang diperoleh dari investasi tingginya kesadaran akan kesehatan merupakan kekayaan berharga tiada tandingannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"When diet is wrong, medicine is of no use. When diet is correct, medicine is of no need"

- Ayurvedic Proverb -

Maraknya makanan cepat saji membuat masyarakat kini tidak memperdulikan lagi kandungan di dalam makanannya. Apakah terlalu banyak lemak, terlalu tinggi kadar Natrium, atau rendahnya serat? Asalkan perut kenyang, hati senang. Dengan bermunculan makanan seperti itu, tentu saja tubuh akan semakin banyak menyimpan 'investasi' untuk masa depan. Investasi yang dimaksud adalah menurunnya daya tahan tubuh, timbulnya berbagai macam penyakit, dan ketergantungan kita pada obat-obatan dan terapi. Padahal jika makanan kita benar, penyakit serta obat-obatan pereda akan terhindarkan.

Sehat dan sakit merupakan reaksi normal dari tubuh kita. Kita sehat karena kita sedang kuat melawan terpaan virus penyakit dari luar. Dan saat kita sakit, itu karena daya tahan tubuh kita sedang menurun. Namun, ada sakit yang tidak selalu tentang virus penyakit yang menyerang. Penyakit tersebut adalah penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang muncul seiring dengan perkembangan usia seseorang. Hal ini merupakan investasi jangka panjang sebagai akibat dari pola hidup yang minim kesadaran akan kesehatan. Penyakit degeneratif yang sering kita temui adalah Diabetes Mellitus, Osteoporosis, Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh kemunduran kerja sel dan organ di dalam tubuh akibat bertambahnya usia. Selain itu, pola hidup kita yang baik dan buruk juga menjadi penyebab datangnya penyakit degeneratif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang beraktivitas seperti mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang (Riskesdas, 2013).

"Saat makanan kita salah, maka obat tidak akan berguna". Ingatkah kita setiap kali kita berobat, dokter selalu mengingatkan kita untuk makan terlebih dahulu sebelum minum obat? Hal ini agar obat yang diberikan dapat diserap secara sempurna. Jika kita tidak makan, atau diet yang diberikan salah, maka semanjur apapun obat tidak akan berguna di dalam tubuh kita.

"Saat makanan kita benar, maka obat tidak akan diperlukan". Saat kita makan makanan dengan cukup gizi seimbang, jumlah cukup dan aktivitas teratur, maka kita akan terhindar dari penyakit. Karena terhindar dari penyakit itulah, obat-obatan tidak akan memenuhi apotek mini di rumah kita.

Bagaimanakah cara mengatur pola makan yang sesungguhnya? Pola makan terdiri dari 3 bagian yaitu Jenis, Jumlah, dan Waktu.

1. Jenis Makanan

Jenis makanan menurut acuan Gizi Seimbang terdiri dari Karbohidrat, Protein Hewani dan Nabati, Sayur dan Buah-buahan. Berikut jenis makanan yang dianjurkan juga dibatasi bahkan dihindari. Apa sajakah mereka?

Selain bahan makanan makro di atas, zat mikro seperti vitamin B3, B5, B6, Vitamin C juga mampu mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung seperti Aterosklerosis. Sistemnya dengan cara mengkonversi karbohidrat, protein, lemak menjadi tenaga sehingga mencegah adanya kolesterol berlebih pada tubuh. Selain itu, meningkatkan kadar HDL (lemak baik) dengan menurunkan kadar LDL dan trigliserida sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di hati. Makanan yang menjadi sumber vitamin tersebut adalah daging rusa, daging sapi, ikan salmon, ikan tuna, daging ayam, asparagus, mangga, kacang tanah, kacang almond, tahu, tempe, Brokoli, buah jeruk, hati ayam, dan susu (Marmi, 2013).

Proses pembuatan makanan juga perlu diperhatikan. Proses pengolahan yang dianjurkan adalah direbus, dikukus, dipanggang, dan ditumis. Hindari pengolahan dengan cara digoreng dan dibakar.

2. Jumlah Makanan

Pola makan berdasarkan jumlah menggunakan acuan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Menurut AKG, jumlah kebutuhan makan seseorang diperhitungkan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin sehingga masyarakat mampu menghitung sendiri kecukupan gizi mereka dalam sehari. Seperti serat, dibutuhkan sebanyak 25-30 gram/sehari yang berasal dari sayur dan buah. Guna serat salah satunya untuk menurunkan berat badan. Bagi penderita PJK yang memiliki berat badan berlebih, serat akan sangat membantu mereka dengan memberikan rasa kenyang yang lama. Keinginan untuk makan atau ngemil akan berkurang.

3. Waktu / Frekuensi

Menurut Moehji (2002) dalam Raissa (2009), frekuensi makan yang lengkap dalam satu hari terdiri dari makan pagi, makan siang, makan selingan (snack), dan makan malam. Untuk makanan selingan, ada yang mengonsumsinya sebanyak 2 kali sehari, snack pagi pukul 10.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. 

Selain mengatur pola makan yang baik, sehat, dan seimbang, aktivitas fisik juga sangat diperlukan untuk melatih kekuatan otot jantung kita. Ayo, jadwalkan aktivitas fisik! Jangan lupa, senam jantung sehatnya juga, ya.

Ikuti tulisan menarik Siti Rizki Noviana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler