x

Iklan

Esmasari Widyaningtyas

Personal Blogger, tertarik pada isu-isu sosial, pendidikan, perempuan, dan lingkungan
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jaga Kesehatan Jantung Si Kecil - Yuk Terapkan Kebiasaan ini

Menerapkan pola hidup sehat sejak dini adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit jantung. Ayo ajak anak melakukan pola hidup sehat, untuk generasi sehat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Entah sudah berapa kali kita dikejutkan dengan kabar kematian kerabat, kenalan atau orang terkenal akibat serangan jantung. Sebagian dari mereka bahkan berada di usia-usia produktif. Dulu, mungkin sekitar dua dekade silam, penyakit jantung dan turunan penyakit kardiovaskuler lainnya umum dialami oleh usia 40 tahun keatas. Makin kesini, trend ini malah menjalar ke orang-orang muda, usia 20 hingga 40 tahun. Buat saya pribadi, ini sudah jadi alarm tanda bahaya.

Apa jadinya Negara ini, kalau banyak manusianya yang sebenarnya dapat diandalkan untuk kemajuan bangsa, ternyata malah meninggal muda atau malah tergolek lemah tak berdaya. Indonesia bisa kehilangan jutaan angkatan kerja tiap tahunnya. Bahaya!

Okelah, saya memang tidak punya pengetahuan teknis tentang penyakit jantung. Yang saya tahu penyakit ini bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Istirahat cukup, pola makan sehat, aktivitas fisik yang cukup dan rutin olahraga. Sekali lagi, parahnya, di tengah ritme hidup yang terlalu cepat ini, pola hidup sehat paling mentok cuma bisa tampil sebagai tagline ketimbang praktik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai ibu, saya yakin saya bisa berbuat sesuatu. Setidaknya saya bisa mulai mendidik anak saya untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat ketimbang yang saya lakoni dulu. Sulitkah? Seharusnya sih tidak, selama kita punya komitmen kuat. Toh ini buat kebaikan anak kita juga kan? Maka, ayo kita bersama membangun generasi sehat dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini pada anak :

  • Makan sayur dan buah

Banyak teman, sesama ibu, yang mengeluhkan betapa sulitnya menyuruh anak memakan sayur. Hmmm, Ibu-ibu, begini ya selera makan sebenarnya bisa dibentuk kok. Misalnya, kenapa kita harus makan nasi padahal ada banyak sumber karbohidrat lain yang bisa jadi pengganti nasi? Itu karena kita dilatih untuk selalu makan nasi. Kenapa juga ada orang yang kalau makan harus ditemani sambal atau kerupuk? Ya karena memang terbiasa begitu.

Dengan logika yang sama, kesukaan pada sayur seharusnya juga bisa dibiasakan. Jadi, biasakan memberi menu sayur untuk si kecil. Jadikan sayur dan buah sebagai camilan. Daripada repot-repot beli coklat buat camilan, kenapa nggak coba sajikan wortel rebus, tomat segar atau brokoli rebus. Semakin dini anak dibiasakan makan sayur, semakin mudah membuatnya menyukai sayur.

Terus kalau anaknya sudah besar dan mulai bisa milih gimana dong? Masih bisa kok, cuma perlu disiasati sedikit. Misalnya nih, wortel dan brokoli rebus dimakan dengan cocolan saus kacang atau lumeran keju. Hmmm pasti lebih enak.

  • No junk food dan olah makanan dengan sehat

Yah pokoknya makanan-makanan dengan kadar garam dan kalori tinggi itulah. Sebaiknya jangan terlalu dini mengenalkan makanan semacam itu kepada anak. Paling nggak, tunggu hingga dia berusia minimal dua tahun lah.  Sebenarnya saya bukan tipe ibu yang terlalu anti junk food. Tapi, saya membuat batasan ketat konsumsi junk food buat anak saya. Paling banyak sebulan sekali dia makan makanan sampah begitu. Itupun jumlahnya tidak terlalu banyak, karena kelihatannya dia juga nggak terlalu doyan. Hehehe.

Nah, satu hal yang banyak luput dari perhatian kita adalah cara kita mengolah makanan. Ngaku deh, siapa yang masak kudu ditambahi bumbu penyedap? Makan goreng-gorengan? Meski dibuat sendiri, penambahan MSG pada makanan tetap saja bukan hal yang dianjurkan. Sebagian ahli bahkan juga menyarankan untuk mengurangi penambahan garam saat memasak, karena konsumsi garam yang tinggi juga beresiko penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi.

Sama juga dengan menggoreng makanan. Senyawa yang terbentuk saat proses penggorengan juga sama beresikonya. Jadi misalnya kalau kita makan kripik bayam dan merasa itu sehat. Nah itu salah kaprah ya. Bayamnya sih sehat, tapi karena tepung untuk melumuri bayam juga ketambahan garam dan MSG yang nggak ketulungan banyaknya ditambah lagi melalui proses penggorengan. Manfaat bayamnya sudah terkalahkan oleh bahayanya.

  •  Ayo main di luar rumah

Bermain diluar rumah adalah cara paling mudah untuk membiasakan anak aktif bergerak. Selain baik untuk proses tumbuh kembangnya, bermain diluar juga membiasakan anak untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup.

Sesekali terapkan “puasa” gadget, ajak anak main kelereng, layangan, petak umpet dan berbagai permainan tradisional kita. Selain sehat juga membantu melestarikan tradisi dan kekayaan leluhur bukan?

  •  Rutin olahraga

Sebagai generasi 1990-an, saya cukup familiar dengan kegiatan senam di sekolah. Waktu SD, kami juga dibiasakan untuk senam bersama-sama, itu diluar jam pelajaran olahraga ya. Tapi, entah kenapa, setahu saya, aturan seperti itu sekarang tsudah jarang diterapkan di sekolah-sekolah ya? Padahal ini kan kebiasaan bagus.  Saya dulu hafal banget dengan gerakan senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat. Sampai-sampai suka praktik sendiri bersama teman-teman di rumah.

Kelihatannya kita perlu menggalakan lagi nih rutinitas senam pagi seperti dulu. Untuk kebiasaan yang satu ini, kita harus terlebih dulu jadi contoh yang baik. Ajak anak mengikuti kegiatan kita berolahraga setiap hari. Sekedar senam peregangan setiap hari saja juga cukup kok. Nggak usah lama-lama. Saran dari teman saya, seorang guru PAUD, beri nama-nama lucu pada tiap gerakan agar anak senang.

  •  Katakan tidak pada rokok (termasuk asap rokok)

Pengetahuan tentang bahaya rokok harus diberikan sejak kecil. Kalau perlu ajarkan anak untuk berani kritis terhadap perokok, termasuk kalau perokok itu Bapaknya sediri. Hehehe.

  •  Berbahagialah

Resiko penyakit jantung juga bisa dikurangi kalau kita pandai mengelola stress. Maka, ayo kita melatih anak kita untuk lebih terampil mengelola emosi. Menanamkan nilai-nilai luhur seperti kemampuan bersyukur, bersikap optimis dan pantang menyerah bisa membantu mereka mengelola stress dikemudian hari. Rutin meditasi juga merupakan bentuk latihan yang baik untuk mengelola stress.

 Yuk selamatkan generasi bangsa, jaga kesehatan jantung si kecil sejak dini.

 

(Tulisan ini juga diikutsertakan pada lomba Blog "Gaya Hidup Sehat, Untuk Jantung Sehat" yang diselenggarakan oleh Yayasan Jantung Indonesia dalam rangka HUT ke 35 tahun)

 

 

Ikuti tulisan menarik Esmasari Widyaningtyas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler