x

Iklan

Ety Budiharjo

Suka menulis terutama soal humaniora dan branding. Softselling study and premier blog...
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

5 Faktor Penghambat Gaya Hidup Sehat

Beberapa penghambat ketika menjalani gaya hidup sehat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Belum sebulan saya sudah mulai menerapkan gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan. Begitu pula dengan aktivitas rutin, jalan kaki selama 30 menit setiap hari. Karena saya bukan perokok, jadi mudah saja untuk menjalaninya demikian dengan paparan asap rokok. Saya tidak segan-segan menegur orang yang merokok di dekat saya. Oh ya, bukan cuma itu mengawasi tekanan darah dan mengelola stress, hampir bisa saya lakukan semua.

Akan tetapi dalam prakteknya, ternyata apa yang dilakukan tidak semudah yang dibayangkan. Komitmen dan tekad sudah memang bulat, tapi tetep aja masih ada godaannya. Di sinilah terkadang saya mulai melemah ingin kembali pada gaya hidup lama. Dalam tulisan ini, saya mau sedikit curhat soal beberapa penghambat Gaya Hidup Sehat yang sedang saya jalani.

      1. Godaan Makan dan Ngemil

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jujur saja, siapa sih yang nggak tergoda dengan undangan makan ? Apalagi makan di tempat mewah seperti Asian Resto atau hotel bintang lima. Begitupula dengan saya, sebagai blogger aktif, saya kerap mendapat undangan liputan. Kebanyakan soal launching produk yang biasanya diadakan di hotel atau resto. Setelah pressconferce, biasanya diikuti dengan sesi makan, Di sinilah saya mulai tergoda dengan aneka hidangan. Masalah lain yaitu saya kesulitan untuk berhenti ngemil. Padahal ngemil menjadi musuh utama buat orang yang sedang menjalani program diet. Untung saya inget, pesan dari ahli gizi, jangan makan hanya karena lapar mata. Jadi tunggu sampai perut benar-benar lapar. STOP LAPAR MATA !

      2. Malas Gerak

Bagi pengguna media sosial, rasanya nggak asing lagi mendengar istilah mager alias malas gerak. Hal ini juga sering banget saya alami, kalau sudah di depan laptop untuk menulis saya bisa duduk berjam-jam. Bergeraknya hanya  mau sholat saja, lupa makan dan minum. Akibatnya kaki saya bengkak, malahan sudah sebulan ini telapak kaki sakit. Saran dokter untuk orang dengan aktivitas seperti saya, harus menggerakkan tubuh setelah duduk 2 jam. Maksudnya supaya aliran darah lancar dan tidak berhenti pada kaki. Lakukan gerakan di tempat saja asal semua anggota tubuh seperti kaki, tangan, kepala, leher dan pinggang digerakkan seringan mungkin. Dalam dunia lifestyle malas gerak biasa disebut juga sebagai sedentary. Gaya hidup sedentary ini bisa menjadi penghambat gaya hidup sehat. Kebanyakan gaya hidup sedentary ini melekat pada masyarakat urban.

      3. Begadang

Aktivitas saya sebagai penulis membuat jam kerja tak beraturan. Di mana ada waktu untuk menulis, di situlah saya mulai bekerja. Bahkan tidak menutup kemungkinan saya harus begadang demi tulisan siap tayang. Akhirnya saya kekurangan jam tidur, padahal keesokan harinya saya harus berjibaku dengan rutinitas sehari-hari.   Saya benar-benar tidak bisa menghindari begadang, hampir 3 sampai 4 hari dalam seminggu. Sejatinya waktu tidur selama 7 – 9 jam perhari harus terpenuhi, karena jantung butuh istirahat juga. Secepatnya saya harus mengubah kebiasaan ini, sampai akhirnya saya menata kembali jadwal pekerjaan. Bukankah saya sudah berkomitmen untuk menjalankan gaya hidup sehat ?

      4. Takut atau Malas Cek Kesehatan

Salah satu kebiasaan buruk masyarakat Indonesia adalah malas berobat, termasuk saya. Sebenarnya memeriksakan diri ke dokter itu nggak perlu nunggu sakit dulu. Saya sendiri berobat  kalau sudah tidak kuat lagi menahan sakit. Padahal, semakin parah maka semakin sulit diobati ditambah pula biaya yang besar. Kesadaran untuk memeriksakan diri ke dokter sebelum jatuh sakit sangat rendah.

Karena saya sudah berkomitmen untuk menjalankan gaya hidup sehat, maka mau tidak mau saya harus rutin mengecek kesehatan terutama tensi darah dan gula darah. Mulai sekarang saya akan membiasakan diri mengecek kesehatan sebagai bukti sayang pada jantung. Layaknya seorang pekerja, jantung juga harus diberi upah dan upah yang tepat agar jantung selalu sehat adalah dengan menjaganya.   

     5. Jarang Olahraga

Faktor lain yang menjadi penyempurna gaya hidup sehat yaitu olahraga. Sayangnya, banyak sekali orang mengabaikan kegiatan ini, termasuk saya. Bukan soal bangun pagi, tapi lebih pada rasa malas. Padahal saya nggak perlu jauh atau sampai ke luar rumah, karena saya memiliki beberapa alat olahraga statis. Bagi saya olahraga benar-benar menjadi musuh dalam selimut, sulit banget melawannya. Padahal saya merasakan sendiri manfaat sehabis olahraga, badan terasa lebih relaks dan pegel-pegel jadi hilang. Sampai saat ini cara yang bisa saya tempuh untuk rajin berolahraga yaitu membayangkan sesuatu yang buruk. Dengan begitu timbul semangat dalam diri untuk bergerak.

Sebenarnya masih banyak hambatan yang saya alami ketika harus menjalani diet. Apa yang saya ungkapkan di atas hanya beberapa contoh yang kemungkinan juga dialami oleh orang lain. Intinya kesadaran tinggi tentang gaya hidup sehat saja tidak cukup tanpa disertai dengan dukungan di sekitar. Saya merasakan sendiri, ketika anggota keluarga mendukung saya untuk menjalani hidup sehat di situ semangat terbangun. Cara lain yaitu bisa dengan mengajak teman, sahabat atau kerabat untuk bersama menjalani gaya hidup sehat. Dengan begitu, kita bisa saling mengingatkan jika salah satu ada yang melemah. Selamat menjalani gaya hidup sehat demi jantung sehat !

 

@etybudiharjo

 

Tulisan ini diikutsertaan dalam lomba blog "Gaya Hidup Sehat Untuk Jantung Sehat" yang diselenggarakan oleh Yayasan Jantung Indonesia dan Indonesiana

Ikuti tulisan menarik Ety Budiharjo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB