x

Pemukiman dan hutan tembawang di Desa Tae, Sanggau, Pontianak, Kalimantan Barat. TEMPO/Maya Ayu

Iklan

Aseanty Pahlevi

journalist, momsky, writer, bathroom singer, traveler.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pasokan Pangan Melimpah Tekan Inflasi Kalbar

Secara bulanan, Kalimantan Barat pada bulan September 2016 tercatat mengalami deflasi sebesar 1,00% (mtm),

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melimpahnya pasokan beberapa komoditas bahan pangan strategis terutama komoditas sayur mayur dan penurunan tarif angkutan udara telah meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat pada September 2016. Secara bulanan, Kalimantan Barat pada bulan September 2016 tercatat mengalami deflasi sebesar 1,00% (mtm), serta lebih rendah dibandingkan data historis 3 tahun terakhir yang mengalami deflasi sebesar 0,07% (mtm).

“Tekanan inflasi kelompok administered prices mereda, seiring dengan adanya koreksi tarif angkutan udara. Kelompok administered prices pada September 2016 tercatat mengalami deflasi sebesar 2,62% (mtm) menurun dibandingkan Agustus 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,39% (mtm),” kata Dwi Sulasmanto, kepala perwakilan Kantor Bank Indonesia Kalimantan Barat.

Dwi mengatakan, koreksi tarif angkutan udara terjadi karena adanya penurunan permintaan di bulan September, setelah tingginya permintaan di sepanjang bulan Juli dan Agustus akibat perayaan lebaran dan sembayang kubur kedua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan tetapi, lanjutnya, deflasi lebih dalam pada kelompok administered price tertahan oleh peningkatan tarif cukai rokok dan tarif listrik. Kenaikan tarif cukai rokok didorong oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan cukai rokok dengan rata-rata kenaikan sebesar 10,54% di tahun 2017 sehingga harga rokok mulai merangkak naik.

Kelompok volatile food (VF) pada September 2016 tercatat turut pula mengalami deflasi sebesar 2,55% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2016 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm). Deflasi kelompok volatile food (VF) terutama disumbang oleh penurunan harga kangkung, sawi hijau, daging ayam ras, bayam dan cabai rawit.

Bank Indonesia mendata, pasokan komoditas sayuran kembali normal setelah pada bulan Agustus mengalami gagal panen. Penurunan harga komoditas tersebut juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di beberapa pasar tradisional dan modern wilayah Kota Pontianak.

Inflasi kelompok inti pada bulan September 2016 didorong oleh kenaikan harga mobil, tarif pulsa ponsel dan tukang bukan mandor. Sementara itu, harga gula masih mengalami penurunan karena adanya langkah pengendalian harga gula oleh Bulog berupa operasi pasar yang dilakukan.

“Pada Oktober 2016 mendatang, inflasi Kalimantan Barat diprakirakan kembali mengalami deflasi hingga inflasi moderat,” katanya. Berdasarkan pemantauan pola historis selama empat tahun terakhir, tekanan inflasi bulan Oktober 2016 mendatang terutama diprakirakan bersumber dari potensi risiko inflasi kelompok komoditas volatile foods, diantaranya peningkatan harga pada komoditas jeruk, gula pasir, dan beras.

Walaupun demikian, berdasarkan perkembangan cuaca saat ini tekanan inflasi kelompok bahan makanan bergejolak terutama komoditas sayur-sayuran serta ikan tangkap dikhawatirkan akan semakin meningkat seiring dengan dampak La Nina atau cuaca basah yang kemungkinan akan berlangsung, serta risiko kenaikan tarif tiket angkutan udara seiring dengan berlangsungnya perayaan Sail Karimata.

Bank Indonesia mencermati masih tingginya faktor risiko dan tantangan dalam pengendalian inflasi yang dihadapi hingga akhir tahun 2016, koordinasi TPID se-Provinsi Kalimantan Barat akan terus diperkuat dan difokuskan terutama dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan stretagis.

Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan pangan strategis, TPID se-Provinsi Kalimantan Barat telah merumuskan beberapa rekomendasi kebijakan, antara lain memacu peningkatan produksi bahan pangan, menjaga kelancaran distribusi, mengurangi bea transportasi melalui mekanisme subsidi biaya angkut, dan menjaga ekspektasi masyarakat terutama dalam menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru, serta meningkatkan keterbukaan informasi melalui PIHPS.

 

 

Ikuti tulisan menarik Aseanty Pahlevi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler