x

Iklan

Adica Wirawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bob Dylan: Musikus yang Meraih Nobel Sastra

Bob Dylan: Musikus yang Meraih Nobel Sastra

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Komite Nobel membikin kejutan dengan menganugerahkan Hadiah Nobel Sastra 2016 kepada Bob Dylan. Keputusan itu tentunya di luar dugaan banyak pihak. Saya pribadi pun heran mengapa seorang musikus bisa terpilih meraih Hadiah Nobel Sastra. Sebuah supremasi yang dianggap paling tinggi di jagat sastra kontemporer.

Komite Nobel tentu memiliki pertimbangan tersendiri. Seperti dikutip laman situs www.nobelprize.org, Bob Dylan pantas mendapat Hadiah Nobel Sastra "for having created new poetic expressions within the great American song tradition". Ia dinilai telah mengembangkan daya ungkap puitis lewat lagu-lagunya yang bercorak country.

Dalam suatu sesi wawancara, Sara Danius, anggota Akademi Swedia yang bertugas melakukan penilaian kandidat, menyebut kalau Bob Dylan adalah "seorang penyair besar dalam tradisi (sastra) berbahasa Inggris."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hanya saja, Dylan mengubah puisi-puisi yang diciptakannya dalam bentuk lagu. Hal itu tentunya berbeda dengan penyair-penyair pemenang Nobel Sastra sebelumnya, seperti Oktavio Paz dan Pablo Neruda, yang menciptakan puisi dalam bentuk tulis saja.

Bob Dylan, yang sewaktu kanak-kanak bernama Robert Allen Zimmerman, lahir pada tanggal 24 Mei 1941. Ia mengawali karier sebagai musisi sekitar tahun 1960-an. Biarpun waktu itu masih “hijau” dalam musik, ia sudah dianggap sebagai “juru bicara” generasinya. Semua itu terjadi lantaran ia banyak menulis lagu yang isinya “menyengat” kebijakan Pemerintah Amerika.

Lewat lagu-lagunya, Dylan menyuarakan seruan anti-peperangan dan perlindungan hak sipil. Salah satu lagunya yang tersohor adalah The Times They Are A-Changin. Ia menulis lagu itu untuk mengkritik Perang Vietnam yang terjadi antara tahun 1957-1975. Dalam larik-larik di lagu itu, ia memprotes perang yang telah menyebabkan banyak jatuh korban jiwa.

Come mothers and fathers

Throughout the land

And don’t criticize

What you can’t understand

Your sons and your daughters

Are beyond your command

Your old road is rapidly agin’

Please get out of the new one if you can’t lend your hand

For the times they are a-changin’

 

The line it is drawn

The curse it is cast

The slow one now

Will later be fast

As the present now

Will later be past

The order is rapidly fadin’

And the first one now will later be last

For the times they are a-changin’

 

Lewat lagu-lagunya, Dylan sebetulnya telah melakukan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi adalah proses mengubah larik-larik puisi menjadi lagu. Musikalisasi kini dinilai sebagai sebuah alternatif untuk menikmati dan memahami puisi. Lewat musikalisasi puisi, kita lebih dapat “menangkap” pesan suatu puisi.

Dalam menciptakan musikalisasi puisi, kita dapat menggunakan tiga teknik. Pertama, kita membacakan puisi dengan iringan musik tertentu. Teknik itu paling mudah diterapkan lantaran kita hanya perlu menyelaraskan deklamasi puisi dengan irama musik. Teknik itu pernah diperlihatkan dalam sebuah adegan film.

Kalau kita pernah menyaksikan film Ada Apa Dengan Cinta, misalnya, teknik itu diterapkan pada adegan ketika Cinta membacakan puisi buatan Rangga disertai petikan gitar di sebuah kafe. “Pecahkan saja gelas itu,” ucap Cinta. “Biar ramai!” Suara petikan gitar terdengar lambat dan syahdu. Irama itu ikut membangun suasana deklamasi puisi, yang dilakukan oleh Cinta.

Kedua, kita hanya melagukan beberapa larik puisi, dan membacakan sisanya. Sewaktu kuliah dulu, saya pernah memakai teknik itu bersama teman-teman. Menurut hemat saya, teknik itu tidaklah terlalu sulit. Kita hanya harus peka terhadap isi larik puisi dan memilih nada yang sesuai. Dengan demikian, apabila diterapkan dengan tepat, larik itu akan menghasilkan musikalisasi puisi yang “sedap” didengar.

Ketiga, kita menyanyikan semua larik. Dengan teknik itu, kita tak hanya dipusingkan oleh penulisan lirik puisi, tetapi juga direpotkan menentukan nada. Saat satu bait sudah ditemukan nadanya, bait lainnya belum tentu pas. Oleh sebab itu, untuk menggunakan teknik itu, kita harus mempunyai keterampilan khusus, seperti yang dimiliki oleh Dylan.

Sejauh ini, barangkali Dylan adalah satu-satunya musisi yang pernah memperoleh Hadiah Nobel Sastra. Biarpun demikian, berkat karya-karyanya, kita tak hanya menangkap pesan perdamaian yang disampaikannya, tetapi juga jadi lebih memahami puisi sehingga puisi kembali menemukan rumah di hati para penikmatnya.

Salam.

Referensi:

“Bob Dylan Awarded Nobel Prize in Literature”, www.nytimes.com, diakses pada tanggal 13 Oktober 2016

“'Greatest living poet' Bob Dylan wins Nobel literature prize”, www.reuters.com, diakses pada tanggal 13 Oktober 2016

www.nobelprize.org

www.bobdylan.com 

Ikuti tulisan menarik Adica Wirawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler