x

Iklan

Fahmi Hasan Affandi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kesetaraan Berolahraga

olahraga menjadi alat pemersatu bangsa, tidak terkecuali untuk para difabel. mari berprestasi menebus batas. terima kasih Jawa Barat!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kesetaraan Berolahraga

Tahun 2016 benar-benar menjadi pesta bagi para insan olahraga. Betapa tidak, banyak even penting olahraga yang terselenggara pada tahun ini. Diantaranya ada Olimpiade dan Paralimpiade yang digelar di Brasil, ada juga PON dan PEPARNAS, belum lagi pertandingan sepak bola antar negara se asia tenggara (AFF). Dari berbagai even tersebut para pecinta olahraga terbagi menjadi beberapa bagian, ada yang berperan menjadi atlet, pengurus, pelatih, panitia, dan juga yang menikmati pertandingan sebagai penonton. Untuk even nasional, setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX diselenggarakan di tanah pasundan, pada tanggal 15-24 oktober giliran Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV berlangsung di Kota Bandung. Helatan Peparnas tidak jauh beda dengan PON, ada 599 nomor yang dipertandingkan, terdiri dari 599 emas, 599 perak, dan 745 perunggu. Medali tersebut diraih dari 13 cabang olahraga, terdiri dari atletik, angkat berat, bola voli duduk, bulu tangkis, catur, gol ball, judo, renang, panahan, sepak bola, tenis meja, tenis lapangan kursi roda, dan boling.

Tuan rumah terlihat sangat serius untuk penyelenggaran even nasional kedua pada tahun ini, dengan semangat melampaui keterbatasan yang menjadi jargon panitia pelaksana terlihat persiapan yang matang, terlihat dengan hadirnya 12 bus yang dibuat khusus untuk pengguna kursi roda yang membuat atlet mudah melakukan mobilitas, kemudia disediakan juga hotel bintang 4 atau 5 yang memiliki aksesibilitas tinggi bagi para difabel dan juga adanya pendamping kontingen yang memiliki latar belakang pendidikan untuk mendampingi para atlet. Belum lagi seluruh biaya akomodasi, konsumsi dan transportasi likal ditanggung sepenuhnya oleh PB Perparnas XV.

Pada Paralimpiade Rio 2016, untuk pertama kalinya atlet Indonesia dapat meraih medal. Melalui atlet asal Bali, Ni Nengah Widiasih yang berhasil mendapatkan perunggu dalam cabang olahraga angakat besi kelas 41 kilogram. Atlet berusia 23 tahun tersebut berhasil mengangkat total beban 95 kilogram, kalah dari atlet asal Turki yang berhasil memecahkan rekor dunia dengan total beban 104 kilogram, peraih perak didapatkan oleh atlet asal Tiongkok dengan total bebad angkatan 102 kilogram. Untuk Ni Nengah, keberhasilannya diajang Internasional bukanlah hal yang baru, pada tahun 2014 silam dirinya mampu meraih medali perak diajang Asian Para Games, dan mendapatkan medali perunggu kejuaraan dunia di Dubai. Perlakuan yang setara diberikan kepada para atlet yang tampil di Olimpiade maupun Paralimpiade, salah satunya dengan bonus yang sama diberikan kepada Ni Nengah sebagai peraih perunggu mendapatkan bonus 1 miliah dan tunjangan hari tua yang setara. Salah satu bentuk kesetaraan tersebut tentu menjadi salah satu cita-cita lama bagi para aktivis  olahraga yang tergabung di IPC (International Paralympic Comitte) ataupun NPC (National Paralympic Comitte of Indonesia).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai penutupan yang digelar pada tanggal 24 oktober 2016, Jawa Barat berhasil keluar sebagai juara umum. Setelah mengumpulkan 178 emas, 104 perak, dan 74 perunggu. Disusul oleh kontingen Jawa Tengah yang berada di peringkat 2 dan Sumatera Utara di peringkat 3, kemudian Riau dan Papua berada dibawahnya. Capaian tersebut tentu membanggakan mengingat pada Peparnas sebelumnya Jawa Barat berada di peringkat ke dua dibawah Jawa Tengah. Berhasilnya kembali menjadi juara umum tentu sesuai apa yang ditargetkan oleh Ketua Umum Perparnas XV yang juga sebagai Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Bahkan setelah melihat prestasi yang diraih oleh atlet Indonesia di tingkat dunia dan di nasional, Ketua Umum NPC Senny Marbun optimis para atlet paralimpik Indonesia mampu menjadi juara umum di ajang ASEAN Para Games 2017 yang akan diselenggarakan di Malaysia. Hal tersebut cukup beralasan, mengingat pecahnya 104 rekor nasional dinilai menjadi tanda meningkatnya prestasi atlet paralimpik Nasional. Pada tahun 2017 ada cabang olahraga unggulan Indonesia yang akan menjadi mesin peraih medali, seperti atletik, renang, catur, bulu tangki, dan tenis meja.

Apa yang diupayakan Jawa Barat sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional dan Pekan Paralimpik Nasional perlu diapresiasi, upaya maksimal dari PB PON XIX dan PB Peparnas XV mampu dirasakan oleh para tamu yang datang, fasilitas berupa saran dan prasarana, akomodasi, konsumsi, dan transportasi telah dirasa lebih baik dari penyelenggaraan sebelumnya.Olahraga adalah alat pemersatu bangsa, berbagai provinsi, adat dan bahasa bisa menjadi satu melalui olahraga, tidak terkecuali untuk difabel. Upaya penyetaraan antara olimpian dan paralimpian sangat membanggakan, diharapkan mampu menyulut semangat untuk para difabel mampu melampaui batas, dan meyakini bahwa olahraga adalah hak bagi seluruh rakyat Indonesia. Terima kasih Jawa Barat!

 

 

Penulis: Fahmi Affandi

            Magister Ilmu Keolahragaan, ITB

Ikuti tulisan menarik Fahmi Hasan Affandi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB