x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekejaman Sebuah Revolusi

Kisah sehari tahanan politik di kamp kerja paksa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sehari Dalam Hidup Ivan Denisovich

Judul Asli: Odin den’ Ivana Denisovitcha

Penulis: Alexander Solzhenitsin

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Gayus Siagian

Tahun Terbit: 2016

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia                                                               

Tebal: vii + 172

ISBN: 978-602-424-020-0

 

Revolusi selalu membawa korban. Dalam revolusi, siapa saja, terutama para politisi dan cendekiawan yang tidak sepaham ditangkap dan diasingkan ke suatu tempat terpencil untuk melakukan kerja paksa. Siapapun yang dianggap berbahaya bagi rejim yang sedang berkuasa akan ditanggap dan diasingkan.

Demikian pula revolusi yang terjadi di Rusia. Revolusi Rusia dianggap sebagai salah satu revolusi yang brutal. Itulah sebabnya dalam karya sastra Rusia dikenal pengelompokan karya-karya era revolusi. Pengelompokan karya sastra yang khusus menggolongkan karya-karya yang berbicara tentang revolusi ini menunjukkan bahwa meski para sastrawan dikekang, namun mereka tetap lantang menyuarakan kemanusiaan di saat kemanusiaan dikekang. Karya-karya dari era revolusi berisi betapa kejamnya perlakuan penguasa kepada para tawanan. Betapa brutalnya penguasa. Salah satu karya yang digolongkan dalam karya sastra Rusia di masa revolusi adalah “Sehari Dalam Hidup Ivan Denisovich,” karya Alexander Solzhenitsin.

Shukhov adalah seorang veteran perang dunia kedua yang didakwa sebagai mata-mata Jerman. Shukhov lolos dari kepungan tentara Jerman. Mereka terkurung tanpa makanan dan tanpa mesiu, sampai akhirnya mereka menyerah dan menjadi tawanan. Mereka berhasil kabur dari tawanan Jerman dan kembali ke Soviet. Namun sesampai di Soviet ia didakwa sengaja diloloskan oleh tentara Jerman untuk dijadikan mata-mata (hal. 65). Dakwaan tersebut mengakibatkan Shukhov diganjar hukuman 10 tahun kerja paksa di wilayah yang sangat dingin. Ia dihukum kerja paksa di sebuah pembangunan pabrik pembangkit listrik di wilayah bersalju.

Novel pendek ini bercerita tentang sehari kehidupan Shukhov alias Ivan Denicovich. Shukhov yang merasa tidak enak badan mempertimbangkan untuk pergi ke klinik di pagi hari. Itulah sebabnya ia terlambat apel. Akibatnya dia dihukum untuk membersihkan ruang Markas Besar (hal. 8). Selesai membersihkan Markas Besar, Shukhov pergi ke klinik supaya bisa dirawat. Namun klinik sudah terlanjur mendaftar 2 orang dalam daftar sakit, sehingga tidak boleh lagi memasukkan nama lain. Kuota harian orang sakit adalah maksimum 2 orang. Namun petugas klinik tetap mau memeriksa apakah Shukhov memang sakit. Setelah diperiksa dengan thermometer ternyata suhu badan Shukhov tidak cukup tinggi untuk dianggap sakit. Akibatnya Shukhov harus kembali ke regunya untuk bekerja.

Shukhov dengan regu 104 yang dipimpin oleh Tyurin bekerja memasang batu bata dalam suhu yang sangat rendah. Untuk mengaduk pasir dengan semen, mereka harus memanaskan pasir dan mencairkan es supaya bisa mendapat air. Adukan pasir dengan semen harus segera digunakan untuk memasang batu bata supaya tidak menjadi beku. Shukhov adalah seorang pekerja keras dan cermat. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh, meski pekerjaan tersebut adalah bagian dari hukuman yang harus dijalaninya. Sebab melalui pekerjaan tersebutlah ia bisa melupakan penderitaannya.

Solzhenitsin berkisah tentang betapa beratnya orang-orang hukuman di era revolusi. Mereka mendapatkan jatah makanan yang sangat minim, fasilitas pakaian dan sepatu seadanya dan lingkungan kerja yang sangat berat karena suhu berada di bawah nol derajat. Supaya tim kerja tetap mau bekerja diciptakan sebuah sistem kelompok kerja yang ada di atas menekan yang ada di bawah. Kemalasan dan kesalahan pekerjaan oleh orang bawah berakibat hukuman bagi orang-orang yang di atasnya. Akibatnya, supaya yang atas terbebas dari hukuman, mereka menekan dengan keras orang-orang yang ada di bawahnya.

Dalam situasi yang berat tersebut, sifat asli manusia menjadi tampak. Manusia cenderung untuk memperhatikan diri sendiri dan abai terhadap orang lain. “Kalau kita kedinginan, jangan berharap simpati dari orang yang merasa hangat” (hal. 21). Sifat licik untuk mendapatkan makanan dan fasilitas yang lebih baik, sifat mencari kesalahan kepada pihak lain dimunculkan oleh Solzhenitsin. Namun sifat setia kawan, sifat melindungi teman dan sifat berbagi juga muncul dalam hidup orang-orang yang sama-sama menderita.

Solzhenitsin menggunakan alur cerita kronologis dari pagi hari sampai saat makan malam. Dalam alur kronologis tersebut, Solzhenitsin kadang-kadang memakai kisah flash back untuk memberikan latar belakang cerita. Misalnya untuk menjelaskan siapa Shukhov dan tokoh Kapten. Solzhenitsin berhasil menggunakan kisah yang hanya sehari untuk menggambarkan kekejaman revolusi sekaligus menggambarkan bagaimana sifat-sifat manusia yang didorong dalam situasi ekstrem antara hidup dan mati. Kisah manusia-manusia yang harus mempertahankan hidupnya sehari demi sehari. Tentang apa saja yang dilakukan manusia ketika mereka harus bertahan hidup, menjilati mangkuk bubur, memakan remah roti dan termasuk memakan kaki bangkai kuda yang harus dicelup air untuk mencairkan dari beku oleh salju sehingga dagingnya cukup lunak untuk dimakan.

Buku ini adalah rangkaian dari terjemahan karya sastra dunia yang disajikan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Kita harus berterima kasih kepada KPG yang telah upaya memperkenalkan satra dunia kepada khalayak pembaca dalam bahasa Indonesia ini. Sebab melalui karya terjemahan ini kita menjadi semakin mengenal karya-karya sastra dari berbagai negara dan dari berbagai zaman. Saya yakin karya-karya ini akan membuat dunia sastra kita menjadi semakin kaya.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu