x

Iklan

Anazkia Aja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Supriyanto, Berbagi untuk Dunia Literasi

Ia tidak begitu mencintai baca sebelumnya, ia juga tak bersahabat dengan dunia literasi pada awalnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi pria berusia 39 tahun ini, hidup  menjadi berarti ketika ketika dapat saling memberi. Apa pun bentuknya, bagaimanapun caranya. Termasuk, dari dunia literasi yang tak pernah ia akrabi. Ia tidak begitu mencintai baca sebelumnya, ia juga tak bersahabat dengan dunia literasi pada awalnya. Supriyanto, hanyalah lelaki biasa yang tergabung dalam Paguyuban Ontel. Dia pernah menjadi ojek sepeda pada tahun 2008. Saat itu, paguyuban ontel belum ada. Ia menjual jasa tenaganya mengayuh sepeda kepada lalu lalang orang yang membutuhkan. "Dulu, saya pernah sehari mendapat uang sampai Rp. 300.000." ujar bapak beranak tiga ini.

 

Sebagian pengunjung perpustakaan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ya, penghasilannya saat itu sangat menggiurkan. Tapi, pendapatan yang besar itu berangsur-angsur berkurang, ketika ojeg sepeda semakin banyak di Kota Tua. Ia, yang sebelumnya bekerja sebagai sopir di salah satu keluarga merasa terancam dengan semakin banyaknya ojeg sepeda yang ada.

 

Berada dalam kegusaran, datanglah segala bantuan. Ia, bersama dengan teman-teman sesama pengemudi ojeg sepeda, membuat sebuah perkumpulan. Paguyuban Ontel. Begitulah mereka memberi nama. Organisasi ini dibentuk pada tahun 2011. ia sendiri lupa kapan tepatnya, karena hanya mengingat tahunnya. Di dalam paguyuban, ada beberapa struktural organisasi yang terbentuk. Salah satunya adalah, sosial. Supriyanto, didapuk oleh kawan-kawannya sebagai koordinator. Menurutnya, ia diberi kepercayaan sebagai ketua, tapi karena merasa tak pantas menyandang gelaran itu, ia lebih nyaman disebut sebagai koordinator. Dari subsosial organisasi, lahirlah sebuah wadah baru, Perpustakaan Fatahillah.”

 

18 Mei 2014, Perpustakaan Fatahillah didirikan. Atas dana swadaya dari paguyuban dan kerelaan hati para anggotanya, beberapa buku didapatkan. Bermula dari menggelar lapak lesehan dengan tenda kecil, Perpustakaan Fatahillah berada tepat di depan arsip Bank Mandiri. “Kita buat perpustakaan, biar orang-orang yang lalu lalang ketika istirahat ada yang bisa dilakukan.” Kisah pria yang berasal dari Tegal ini. Supriyanto, merasa senang ketika melihat anak-anak singgah ke tempatnya untuk membaca buku.

 

Seiring berjalannya waktu dan keterlibatan banyak pihak, perpustakaan ini semakin membesar. Tidak lagi sekadar menggelar lapak dengan tenda kecil, tapi dibuat tenda besar dengan rak buku yang semakin bertambah. Jumlah buku pun semakin beragam. Supriyanto bercerita, pernah ada pengunjung bule yang asyik memilah-milah buku. Mengambilnya dan membawanya kepada Supriyanto. Ia berpikir, bahwa buku-buku tersebut dijual dan ingin membelinya. Saat mengetahui buku-buku tersebut tidak dijual, ia sangat kecewa. Tapi dari kejadian tersebut, sang tamu justru menyumbangkan buku kepada perpustakaan.

Dibuka  pada hari Sabtu dan Minggu pukul 09.00-17.00, perpustakaan ini sekarang semakin ramai dikunjungi. Jumlah buku semakin bertambah. Karena yang datang ke tempat tersebut, bukan hanya untuk membaca, tapi juga menghibahkan buku.

Bagi Supriyanto, inilah salah satu kebahagiaannya. melihat anak-anak kecil membaca buku

“Meski saya hanya lulus SD, saya senang melihat pengunjung yang datang ke sini tidak hanya untuk beristirahat, tapi juga membaca.” Tutup Supriyanto. Baginya, berbagi dalam dunia litarsi itu tak hanya untuk orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tapi bagi siapa saja yang memiliki niat untuk berbagi. 

 

Yang tetap rajin membaca buku di tengah keramaian

 

 

Yang datang ke sini hanya untuk berehat akan diusir

Ikuti tulisan menarik Anazkia Aja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler