x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hacksaw Ridge, Ajakan Kasih Sayang di Medan Pertempuran

Mungkinkah seorang prajurit tidak memanggul senjata dalam sebuah perang yang sesungguhnya. Mampukah ia menyelamatkan nyawa dengan cara yang diyakininya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Film ini sudah hendak turun layar ketika saya menontonnya. Syukurlah provokasi yang dilancarkan seorang sahabat secara terus menerus membuat saya memantapkan hati pergi ke bioskop terdekat. Saya hafal dengan tabiat kembaran saya yang memang seorang penikmat karya seni audio visual ini. Jika ia mendesak dan setengah memaksa untuk melihat sebuah film, berarti memang film itu layak tonton.

Benar saja, setelah hampir tiga jam duduk khidmat di dalam sinema yang hanya berisi kurang dari sepuluh orang, saya menuntaskan ritual menonton ini dengan sangat emosional dan saya bersyukur untuk itu karena sudah lama emosi saya tidak tersentuh oleh sebuah film sampai seperti ini. Senang sekali rasanya mata sembab lagi karena film hahaha, sungguh hal yang sangat aneh untuk dibanggakan, tapi ya begitulah adanya.

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara garis besar Hacksaw Ridge bercerita tentang perang antara Amerika Serikat melawan Jepang di perang dunia kedua. Dikisahkan, karena perang yang terus berkecamuk maka banyak pemuda Amerika yang bertekad bela negara dengan mendaftarkan diri menjadi prajurit perang, salah satunya adalah Harold Doss (Nathaniel Buzolic). Keputusan Harold ditentang  sang ayah, Tom Doss (Hugo Weaving). Tom yang mantan prajurit perang dunia I tidak ingin anaknya terbunuh dalam perang seperti yang terjadi dengan sahabat-sahabatnya di masa silam. Bahkan Tom pun berubah menjadi pemabuk  berperangai buruk pasca perang yang dilakoninya.

Penderitaan Tom ternyata tak berhenti sampai disitu. Tak berselang lama, adik Harold , Desmond Doss (Andrew Garfield) memberitahukan kalau sudah mendaftar menjadi prajurit. Kegigihan anak bungsunya tak kuasa lagi dibendung sang Ayah, sehingga dia harus merelakan kedua darah dagingnya menyabung nyawa di medan laga.

Desmond pun menjalani serangkaian tes persiapan dengan penuh semangat meski dengan konsekuensi harus meninggalkan Dorothy Schutte (Teresa Palmer), gadis yang amat dicintainya. Walaupun secara fisik tidak ada kesulitan berarti, namun Desmond yang sangat religius dan spiritualis harus menghadapi ujian di kesatuan karena keyakinan yang sangat kukuh dipegangnya. Desmond bertekad untuk tidak memanggul senjata dan tidak akan membunuh siapapun, ia hanya ingin mengabdi untuk negaranya dan menyelamatkan nyawa para prajurit di medan perang nantinya.

***

Keyakinan teguh yang dipegang Desmond dan kerapkali menjadi bahan tertawaan banyak orang akhirnya dibuktikan di arena perang sesungguhnya ketika batalyon mereka dikirim bertempur di Okinawa. Di bawah komando Captain Glover (Sam Worthington) dan Sergeant Howell (Vince Vaughn), mereka harus bertempur melawan pasukan berani mati Jepang yang tentu saja sudah hafal medan diluar kepala. Keadaan dengan cepat berubah buruk hanya dalam hitungan hari. Pasukan Amerika kocar-kacir dan terpaksa harus ditarik mundur sebelum semua menjadi lebih sia-sia.

Di tengah kekalutan yang melanda karena kehilangan sebagian besar prajurit, tiba-tiba mereka seperti mendapat suntikan amunisi baru setelah dari atas tebing banyak prajurit terluka yang berhasil diselamatkan. Desmond Doss benar-benar memenuhi janjinya untuk membantu menyelamatkan nyawa para prajurit tanpa pernah menembakkan satu peluru pun. Ia hanya berusaha menghindar dari kejaran malaikat pencabut nyawa dengan terus meyakini dan merapal doa “Please Lord, help me get one more” terus menerus.

***

Kisah ini pastilah terlalu klise dan kelewat imajinatif jika saja tidak didasarkan pada kisah nyata. Saya memang belum pernah membaca biografi Desmond  Doss. Tapi dengan melihat epilog dan testimoni para pelakon di kehidupan sebenarnya bahwa Doss berhasil menyelamatkan 75 prajurit, sungguh hati saya bergetar membayangkan perjuangan yang luar biasa heroik itu.

Film yang penuh dengan pesan moral ini menjadi tontonan yang mengalir enak dan jauh dari kata membosankan di tangan sutradara Mel Gibson. Skenario yang ditulis cermat dan apik oleh Andrew Knight dan Robert Schenkkan juga menjadi faktor penentu keberhasilan. Tentu saja tak hanya itu, seluruh kru telah menampilkan kinerja terbaiknya, mulai scoring, CGI hingga wardrobe. Departemen akting pun tak kalah sempurna, semua menampilkan talenta terbaiknya dan saya tak segan memberikan kedua jempol saya kepada Andrew Garfield yang telah mengubah imajinasi saya terhadap peter parker setiap kali melihatnya. Semoga si dedek berkesempatan mencicipi penghargaan karena film ini.

***

Seperti sudah saya sampaikan di paragraph awal, saya sangat tersentuh dengan film ini, sesuatu yang jarang saya alami. Di dunia yang makin carut marut ini, kita semakin sulit menemukan teladan kebaikan. Manusia makin keras bersaing demi memenuhi ambisi pribadinya bahkan tak segan lagi untuk “membunuh” manusia lain agar tujuannya lebih mudah dicapai. Mencari manusia yang berprinsip menyelamatkan manusia lain seperti dilakukan Desmond Doss tentu bagaikan mencari mas-mas ganteng, kaya dan baik hati yang mau jadi pacar saya. Sesuatu yang terlampau mustahil kalau boleh dikata.

Meski moral story film ini termasuk berat, namun percayalah, film ini jauh dari kesan menggurui. Penonton diajak menyelami dengan sudut pandang masing-masing tentang pesan kasih sayang yang hendak disampaikan. Bahwa kemenangan dalam peperangan adalah tak melulu soal membunuh lawan tapi juga menyelamatkan kehidupan.

Akhirnya meski goal utamanya adalah mengajarkan kasih sayang, namun bagaimanapun ini adalah film perang yang sangat laki-laki. Jika kebetulan njenengan tertarik untuk menontonnya (meski tinggal sedikit bioskop yang menayangkan), saya nitip pesan tolong perhatikan rating 17+ yang jelas-jelas tertera. Sungguh, jangan pernah mengajak kanak-kanak mengintip film ini. Muncratan darah, ledakan organ tubuh, dari kepala,dada, isi perut berhamburan, hingga mayat busuk yang dimakan tikus dan belatung tergambar vulgar disini.

***

Overall, Hacksaw Ridge adalah film keren. Sebuah sajian menarik tentang semangat cinta tanah air, ujian bertahan hidup hingga kesetiakawanan ditampilkan dengan apik dan epik. Perspektif nyeleneh dari Desmond Doss tentang keyakinan tidak mau menggunakan kekerasan di tengah arena peperangan yang penuh kekerasan menjadi sebuah keunikan yang sangat inspiratif. Mengesankan dan sangat layak tonton.

----------------------

Ps : dedek andrew maap yang dipajang malah bukan potomu #ehh, buat mas Sam Worthington, keriput-keriput di sekitar matamu mengalihkan duniaku #uhuk

Gambar : imdb.com

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB