x

Iklan

Angiola Harry

Hanyalah penulis biasa
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Amankan Lautnya, Kuatkan Nelayannya

Sikap eksklusif kredit perbankan terhadap nelayan maupun industri perikanan Nusantara, harus segera dibuang jauh-jauh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sikap eksklusif kredit perbankan terhadap nelayan maupun industri perikanan Nusantara, harus segera dibuang jauh-jauh. Karena hal ituah yang membuat, perikanan dan kelautan nasional tetap stagnan, bahkan memukul telak sisi kualitas sumber daya manusia dan kelayakan fasilitas.

Bisa dibilang, pada sisi itu, mereka  masih tetap bergerak merangkak, belum berlari. Padahal lautan sudah kembali banyak ikan. Pihak perbankan segan menggelontorkan modal bagi mereka, dengan alasan klasik: takut kredit macet. Tak ayal, industri perikanan nasional kembali menjadi korban eksklusifitas akses pembiayaan dari bank. Nelayan dan industrinya pun, ibarat tikus kecil kelaparan di lumbung padi.

Dapat dilihat di beberapa area pinggir laut Indonesia. Tampak beberapa  Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang dikelola perusahaan-perusahaan, relatif sepi aktivitas perikanan. Padahal, Indonesia punya banyak nelayan.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Contoh UPI di Tanjung Pandan, Pulai Belitung yang sepi aktivitas dan nelayan Maluku yang jumlahnya cukup banyak. Terlebih Maluku, yang digadang-gadang menjadi lumbung ikan nasional. Karena mereka umumnya ialah nelayan kecil yang masih menjalankan usahanya secara tradisional, sehingga sulit berkembang.

Maka tampak dari barat ke timur, geliat perikanan Tanah Air masih lesu. Belum ada perubahan nasib perikanan dan kelautan yang cukup signifikan.

Memang, upaya-upaya berbagai pihak untuk menarik investor di industri perikanan dan kelautan, sudah ada. Sejak Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti melakukan terobosan berani, yakni mengejar, menangkap, bahkan menenggelamkan kapal-kapal tangkap ikan, Laut Nusantara kini semakin banyak ikan.

Lautan Tanah Air, setidaknya, sudah cukup bersih dari eksploitasi liar (illegal fishing). Dahulu nelayan,sering sakit hati lantaran ikan-ikan di laut kerap disikat lebih dulu oleh para nelayan asing. Kini tidak lagi. Lautan sudah kembali milik pribumi.

 

Kalah Tanding

Tapi PR selanjutnya adalah bagaimana agar sektor perikanan dan kelautan lebih maju. Laut Nusantara kini memang kembali berlimpah ikan, namun kapabilitas pelakunya kurang. Kemampuan pelaku upaya penangkapan ikan di Indonesia belum bisa menandingi para maling-maling yang sudah diusir Bu Susi.

Mungkin sudah waktunya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bergandengan tangan dengan program inklusi keuangan, yang telah disepakati sejumlah lembaga keuangan Indonesia, bersama lembaga internasional terkait.

Inklusi keuangan (Financial inclusion), semakin menjadi perhatian negara-negara besar di seluruh dunia. Inklusi keuangan adalah prosedur menjamin akses produk dan jasa keuangan, yang dibutuhkan oleh berbagai kelompok, terutama mereka yang ekonominya lemah dan kelompok berpenghasilan rendah. Akses ke keuangan itu harus dengan biaya terjangkau, cara yang wajar, dan transparan, disediakan oleh institusi keuangan yang terpercaya.

Dalam proses pembangunan ekonomi, disimpulkan bahwa kemudahan akses keuangan untuk kelompok yang rentan atau tersisihkan, dapat mereduksi konflik fisik antar sesama manusia. Karena bila sebuah pasar keuangan tidak sempurna, orang miskin mungkin akan terperangkap dalam kemiskinan. Dalam hal kebutuhan nelayan, mereka mungkin seterusnya bernasib terpuruk. Mereka akhirnya tidak bisa menabung atau meminjam modal untuk bertahan hidup, apalagi membangun kapabilitas.

Lalu industri perikanan yang belum memadai, lebih disebabkan rendahnya minat investasi. Maka memang sepatutnya para pendukung sektor perikanan dan kelautan negeri mulai berpikir sebagai investor. Mengapa harus berinvestasi? Apa yang harus diperbaiki dari sektor perikanan dan kelautan, sehingga bisa menjanjikan bila berinvestasi di bidang itu?

Saat ini pihak pemerintah, pusat dan daerah, bahu membahu menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi yang memadai, agar lebih siap menghadapi kompetisi ke depan. Karena solusi terbaik adalah meningkatkan kualitas dari dalam. Bersihkan Laut Nusantara dari illegal fishing dan tuntaskan dengan inklusi keuangan.

Foto: Detak.co

Ikuti tulisan menarik Angiola Harry lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB