x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dibanding Nalar, Emosi Bergerak Lebih Cepat

Jangan remehkan peran emosi dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengelola bisnis dan karyawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Manakah yang lebih cepat merespons keadaan: emosi atau nalar? Barangkali sebagian kita agak malu untuk mengakui bahwa respon emosional lebih cepat muncul ketimbang respon kognitif. Begitu kita melihat sajian di atas meja, kita dengan cepat bereaksi: “Mau dong, kelihatannya lezat!” Setelah beberapa saat, kita baru berpikir: “Banyak gak ya karbohidratnya, lemaknya, gulanya?” Begitu kita melihat mobil baru di arena pameran, kita segera merespon: “Wihh, keren banget!” Sejurus kemudian kita baru berpikir: “Berapa ya cc-nya, berapa tempat duduknya, harganya, berarti pajaknya gede ya?”

Nalar kita mulai bekerja, tapi responnya lebih lambat dibandingkan respon emosional kita. Dan ini sesuatu yang lumrah. Sebagaimana dikatakan para ahli brainscience, kita memiliki tiga bagian otak yang masing-masing terkait dengan fungsi inderawi (sensori), emosional, dan rasional (nalar). Menariknya, kata ahli-ahli ini, manusia lebih dipengaruhi oleh dua bagian yang paling tua (dalam perkembangan otak manusia), yaitu inderawi dan emosional. Dapat dimengerti bila pengambilan keputusan yang kita lakukan cenderung cepat, emosional, dan bawah-sadar; atau dalam satu kata lebih intuitif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika seseorang sangat senang atau amat marah menghadapi situasi tertentu, dan saat itu ia langsung mengambil keputusan, dua bagian otak itu berperan lebih dominan. Ketika penyesalan datang, itu karena fungsi rasionalnya mulai berjalan dengan baik dan mengevaluasi kembali keputusan yang sudah diambil. Tatkala orang merasa letih atau sangat kurang tidur, kecenderungan kecilnya peran rasio akan berdampak pada pengambilan keputusan yang salah.

Jadi, orang merasakan dulu—secara inderawi maupun emosional—sebelum berpikir. Dalam kata-kata ahli brainscience: ‘emosi menggerakkan nalar melebihi nalar menggerakkan emosi’. Kerepotan terjadi ketika nalar bekerja untuk menemukan pembenaran-pembenaran terhadap respon emosional yang sudah muncul lebih dulu. Ketika kita sangat menyenangi sesuatu, nalar kita bekerja untuk mencari alasan-alasan yang memperkuat rasa senang itu. Begitu pula sebaliknya.

Kenyataan bahwa manusia memiliki otak-tiga-bagian menimbulkan dua dampak penting. Dampak pertama diperkenalkan oleh Joseph LeDoux bahwa otak inderawi dan emosional lebih mendominasi proses pengambilan keputusan yang dibuat manusia. Peran emosi demikian sentral, bukan marjinal, karena emosi menggerakkan nalar melebihi nalar menggerakkan emosi. Pada dasarnya, kita hampir tidak serasional seperti yang kita bayangkan.

Dampak penting kedua, kita sangat menyerupai nenek moyang kita dari zaman purba yang lebih mengandalkan indera dan emosi. Orang-orang bisnis yang membuat perencanaan berdasarkan asumsi-asumsi intelektual yang kompleks mengenai perilaku pelanggan atau karyawan akan kehilangan peluang untuk memanfaatkan terobosan mutakhir brainscience. Mereka mesti memberi perhatian besar pada aspek emosional. Emosi menikmati keunggulan pre-emptive dan bertindak sebagai first mover dalam setiap proses pengambilan keputusan. Maknanya, jika kesan pertama mampu menarik hati pelanggan, mereka akan jatuh hati dan membeli berulang-ulang. Begitu pula dengan karyawan, begitu hati mereka dibuat senang, mereka akan memberi kontribusi terbaik bagi perusahaan.

Kegagalan untuk memperhitungkan aspek emosi akan melahirkan asumsi-asumsi yang boleh jadi tidak mendasar saat pelaku bisnis menetapkan harga atau target produktivitas. Brainscience berpeluang membantu kita dalam mengelola bisnis maupun karyawan. Pikirkan kembali asumsi-asumsi lama yang meremehkan peran emosi! (Sumber foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler