x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dari Terjemahan Menuju Orisinalitas

Penerjemahan karya pemikir Yunani menjadi stimulan bagi persemaian pemikiran orisinal sarjana Muslim.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di masa lampau yang sangat jauh, para filosof menulis terutama dalam Bahasa Yunani. Bahkan, ketika kaum Romawi tengah berjaya, para pemikir terkemuka Roma terpikat oleh sastra dan filsafat Yunani. Kaisar Marcus Aurelius dikabarkan menulis Meditasi dalam bahasa Yunani. Beberapa waktu kemudian muncul prakarsa untuk menulis filsafat dalam Bahasa Latin agar pustaka Yunani dapat diakses oleh lebih banyak orang Romawi.

Di tempat lain, menurut Peter Adamson, profesor filsafat di Universitas Ludwig Maximilian di Muenchen, Jerman, situasinya lebih bagus. Para sarjana Bizantium mampu mengakses tulisan Plato dan Aristoteles dalam bahasa aslinya. Begitu pula, para pemikir Muslim. Baghdad pada abad ke-10 Masehi, menurut Adamson, para pembaca Muslim mampu mengakses karya Aristoteles sebagaimana pembaca dalam Bahasa Inggris pada hari ini.

Hingga tiba waktunya ketika para elite pemerintahan Muslim memerintahkan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam Bahasa Arab. Ini bukan pekerjaan mudah, sebab Bahasa Yunani bukanlah rumpun bahasa Semit, sehingga pekerjaan penerjemahan ini tidak ubahnya menerjemahkan karya berbahasa Finlandia ke dalam Bahasa Inggris. Karena dunia keilmuan di wilayah Muslim baru berkembang, banyak terminologi filsafat Yunani yang belum tersedia dalam Bahasa Arab. Para penerjemah bekerja keras untuk mengekspresikan ide-ide filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kerumitan dijumpai ketika dilakukan penerjemahan Metafisis karya Aristoteles ke dalam Bahasa Arab. Kendati begitu, gerakan penerjemahan itu gencar dilakukan. Dimitri Gutas, yang mengkaji proses penerjemahan ini, berpendapat bahwa motif gerakan ini lebih bersifat politis. Kalifah yang berkuasa ingin menancapkan hegemoni budaya mereka dalam persaingan dengan budaya Persia serta Byzantium. Kekhalifahan Abbasiyah ingin menunjukkan bahwa mereka mampu memahami budaya Yunani lebih baik dibandingkan Byzantium yang pada dasarnya berbicara dalam Bahasa Yunani.

Di saat yang sama, para sarjana Muslim memiliki alasan berbeda. Bagi mereka, penerjemahan adalah bagian dari proses menemukan kebenaran. Seperti kata al-Kindi (801-873 M), “Tidak ada yang lebih dicintai oleh para pecinta kebenaran selain kebenaran itu sendiri, dari manapun datangnya, dari siapapun berasal, dan dalam bentuk apapun adanya..” Al-Kindi, menurut Seyyed Hossein Nasr, memandang pentingnya sumber-sumber teks Yunani dipahami dalam kerangka ajaran Islam. Dari sudut pandang inilah, kritik dilakukan dan mendorong lahirnya pemikiran filsafat al-Kindi.

Al-Kindi, dengan minatnya yang ensiklopedis, secara tradisional dianggap sebagai filosof pertama yang menulis dalam Bahasa Arab. Al-Kindi, menurut Nasr, memprakarsai proses perumusan kosakata teknis filsafat dalam Bahasa Arab. Namun, ia tidak puas hanya menerjemahkan karya-karya pemikir Yunani. Bagi al-Kindi, proses pencarian kebenaran harus dituangkan dalam bentuk hasil pemikiran sendiri, antara lain Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat. Meskipun ia mengembangkan pemikiran filsafat yang berpengaruh, tapi al-Kindi mengakui bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan tidak mampu menjawab sejumlah soal seperti mukjizat, surga, neraka, maupun akhirat.

Proses penerjemahan juga berlangsung di bidang-bidang lain, dan langkah ini diikuti oleh pengembangan pemikiran yang orisinal sarjana Muslim. Lewat pembacaan langsung dalam Bahasa Yunani maupun karya terjemahannya, banyak sarjana Muslim yang kemudian mengembangkan pemikiran sendiri, bukan saja dalam filsafat, tapi juga matematika, fisika, kimia, astronomi, arsitektur, hingga kedokteran. Pada akhirnya, penerjemahan karya Yunani perlu dipandang sebagai proses yang dilalui untuk menstimulasi bersemainya gagasan-gagasan orisinal sarjana Muslim pada masa kejayaannya. (Ilustrasi: Sokrates dan muridnya, ilustrasi dalam Kitab Mukhtar al-Hikam wa-Mahasin al-Kilam karya Al-Mubashir) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler