x

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Anda Lebih Butuh Uang atau Barang?

Kehidupan akan mengajarkannya revolusi suatu saat nanti. Yuk, sama-sama berharap!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari ini, saya memberikan post-test atau sebuah tes di akhir pelajaran sambil merangsang pemikiran anak kelas 9 SMP di lembaga Pendidikan yang kami dirikan, Cendikia Course Merangin. Alhamdulillah saya termasuk team owner Cendikia Course, sambil belajar jadi pengusaha. Setelah memberi post-test, saya berpesan agar siswa-siswa ini kelak menjadi pengusaha atau bankir berbasis bagi hasil atau non-ribawi dan bermental sebagai orang yang suka sedekah, bukan bakhil.

Saya meminta siswa-siswa saya menjawab soal. Begini soalnya, kritiklah pernyataan: (1) “Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.” (2) “Sejak zaman dahulu hingga sekarang, semua orang selalu berusaha memenuhi apa saja yang mereka butuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka membutuhkan uang. Jika masyarakat tidak memiliki uang maka mereka tidak mampu membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Dengan demikian, uang adalah alat pembayaran yang sah untuk mendapatkan suatu barang.”

Saya ambilkan saja 3 sampel berkenaan jawaban mereka tanpa sedikitpun saya edit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama. (1) Bank adalah lembaga badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat daam bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka untuk keuntungan sendiri. (2) Masyarakat itu lebih membutuhkan barang daripada uang, karena barang lebih berguna daripada uang.

Kedua. (1) Menurut saya, yang perlu dikritik adalah bahwa bank meningkatkan taraf hidup rakyat, hal ini sebenarnya salah, Bank hanya mengatur/menghimpun dana dari rakyat dann menyalurkan lagi, bank hanya mendapatkan keuntungan dari uang-uang rakyat. (2) Menurut saya yang perlu dikritik adalah bahwa masyarakat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya, hal ini tentu salah, karena masyarakat bisa atau dapat memenuhi kebutuhannya danpa uang, karena yang manusia butuhkan adalah barang. Barang-barang tersebut dapat diperoleh masyarakat dari alam.

Ketiga. (1) Kritik, jadi bank itu bukan meningkatkan taraf hidup rakyat, tetapi seharusnya mengambil keuntungan. (2) Jadi pada zaman dahulu hingga sekarang orang selalu seharusnya membuthkan barang, bukan uang. Karena dengan barang dapat memenuhi kebutuhan, tanpa menggunakan uang.

Baiklah, saya ingin menyampaikan pandangan saya, adapun pandangan siswa saya mungkin berbeda dengan saya. Namanya bank, ia adalah badan usaha. Namanya badan usaha,  maka tujuan utamanya adalah profit. Misal, saya seorang bankir. Si A menyimpan uang ke bank  Rp 100. Saya tetapkan bunga simpanan Rp 4.

Kemudian ada si B meminjam uang ke bank Rp 100 untuk bisnis. Karena saya berbaik hati dan mungkin karena itulah saya berkata “Saya meningkatkan taraf hidup rakyat”, saya tetapkan bunga pinjaman sebesar Rp 5. Maka saya untung Rp 1 (katanya, hanya sedikit mengambil keuntungan). Uang Rp 5 ternyata tidak beredar di masyarakat. Maka dari tiga orang ini hanya dua orang yang beruntung. Selebihnya rugi. Karena itulah saya berani mengatakan “Saya meningkatkan taraf hidup rakyat”, sebab 2 dari 3 orang mendapatkan keuntungan.

Menurut saya, seharusnya ketiga pelaku ini semuanya untung. Itulah yang dinamakan bagi hasil atau tanpa riba/bunga.

Kritik kedua. Setiap manusia yang lahir tidak mempunyai uang tapi mempunyai barang dari orang tuanya. Orang tuanya mendapatkan barang dari alam, bukan dari uang. So, kita sebenarnya lebih butuh alam, bukan lebih butuh uang. Pesan saya, jangan sedih kalau uang di dompet Anda sedang kosong! (karena masih ada di kantong pakaian, hehehe, bercanda!)

Sepakat? Di zaman sekarang maka pernyataannya jadi bagini, kita seharusnya lebih mengutamakan barang daripada uang. Nah setelah itu, hidup ini harus berbagi (kaya hati), dengan begitulah kita sebenarnya mendapat derajat orang kaya, bukan penumpuk kekayaan.

Biar jelas, saya jujur saja. Saya pernah menjadi pemulung ketika SD padahal ayah saya PNS dan ibu saya pedagang. Saya di hari minggu mengumpulkan kaleng dan plastik kemudian saya tukar menjadi uang, nah uangnya saya gunakan untuk main Playsation. Saya suka games football dan dragonball yang suka bikin tombol stig PS cepat rusak. Dalam kasus ini saya kreatif. Mendapat uang dari barang. Dalam kasus ini saya lebih membutuhkan barang daripada lebih butuh uang.Kita sebenarnya lebih butuh alam, bukan lebih butuh uang. Sekali lagi, pesan saya, jangan sedih kalau uang di dompet Anda sedang kosong!

Satu contoh lagi deh, saat ini di depan rumah saya ada orang yang memanfaatkan barang bekas. Ia memodifikasi  ban mobil truck besar menjadi pot yang indah dan menarik karena unik bentuk dan berwarna-warni. 1 pot besar itu dijualnya seharga Rp 50.000. Ia lebih membutuhkan barang daripada lebih banyak membutuhkan uang.Kasus ini berbeda dengan kasus saya. Ia membutuhkan sedikit uang untuk membeli cat, sedangkan saya tidak pakai uang sedikitpun agar menghasilkan uang. Kita sebenarnya lebih butuh alam, bukan lebih butuh uang. Lalu kenapa Anda terlalu sedih ketika dompet Anda kosong?

Kesimpulan saya setelah belajar uang, bank dan lembaga keuangan non-bank, saya harus minta maaf. Maaf, jika menyinggung para bankir, Anda para bankir yang hidupnya nikmat dalam pandangan Anda (dengan sistem riba itu), janganlah berulang-ulang mengatakan “Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.

Saya berharap, terlahir generasi yang menyulut revolusi dunia perbankan nasional maupun internasional yang mampu menghapus sistem riba/bunga dari muka bumi setelah bercokol cukup lama. Tapi alhamdulillah, bank ribawi ini masih lebih muda daripada umur kehidupan. Kehidupan akan mengajarkannya revolusi suatu saat nanti. Yuk, sama-sama berharap!

 

Note: Siapa yang menciptakan alam? Allah SWT. Bagaimana merawat alam? Tirulah Nabi Muhammad SAW!

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB