x

Presiden AS, Barack Obama berbincang dengan presiden terpilih Donald Trump di Gedung Putih, Washington, AS, 10 November 2016. Pertemuan ini untuk mengkoordinasikan proses perpindahan kekuasaan setelah Trump mengalahkan Hillary Clinton di pemilu 2016.

Iklan

Despan Heryansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Islam dan Trump

penting kiranya untuk melihat dan menilai perkataan Donald Trump secara objektif, tidak hanya dengan nada emosional

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Umat Islam sempat terhenyak dengan terpilihnya Donald Trum menjadi presiden Amerika, hal ini terjadi hampir diseluruh negara dan negeri Islam, termasuk Indonesia. Berbagai media memberitakan dengan "nada" curiga, begitupun analisis pengamat yang terkesan begitu subjektif.

Donald Trump, orang yang selama ini dikenal arogan dan kasar, memang beberapa kali menyindir umat Islam dengan berbagai kritikannya (ada yang menganggapnya sebagai hinaan) terhadap umat Islam (termasuk agama Islam itu sendiri). Bahkan dalam kampanyenya, Trump menyebut akan membatasi pergerakan Islam di Amerika dan melarang umat Islam untuk masuk ke negara Paman Sam ini. Trump pernah menyebut, "sulit memisahkan Islam dengan Radikalisme", "Islamlah penyebab kekacauan dunia selama ini", "rasanya sulit mengingkari bahwa mereka (umat Islam) membenci kita", dan masih banyak pernyataan lain yang terkesan menyudutkan umat Islam. Hal inilah yang melatar belakangi kekhawatiran banyak pihak atas terpilihnya Trump ini, bahkan ada pengamat yang menyatakan terpilihnya Trump akan sangat membahayakan umat Islam di dunia.

Rasanya masih terlalu dini untuk menilai Donald Trump sejauh itu, sehingga kesan yang terbaca sungguh subjektif dan emosional. Dalam negara yang kualitas demokrasinya sekelas Amerika, tentu rakyat telah memilih telah berdasarkan atas pertimbangan rasional termasuk moral. Bahkan lebih dari itu, kita sama sekali tidak dapat mencampuri kebebasan berdemokrasi negara lain dengan menyebut mereka "salah" memilih pemimpin. Apalagi, dalam kontestasi pemilihan kepala negara, bisa saja seseorang berbuat atau berkarakter diluar karakter aslinya untuk mendapatkan simpati masa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain hal di atas, penting kiranya untuk melihat dan menilai perkataan Donald Trump secara objektif, tidak hanya dengan nada emosional seolah apa yang dikatakan oleh Trump salah semuanya. Untuk sampai pada tahap ini, kita diminta membuka diri untuk menganalisis secara kritis pernyataan-pernyataan Donald Trump. Selagi kita merasa bahwa umat Islam itu benar semuanya, maka titik temu antara pernyataan dan fakta tidak akan dicapai.

Jika kita mencoba untuk objektif, rasanya sulit sekali untuk tidak meng-Iyakan pernyataan Trump. Kita lihat apa yang dilakukan oleh umat Islam (organisasi Islam) selama ini baik di negara Islam sendiri maupun negara bukan Islam. Belum selesai masalah bom bunuh diri yang begitu menggemparkan dunia, kini telah muncul Islamic State of Iraq and Syria yang tidak kalah membahayakannya bagi dunia. 

Harus kita akui bagi sebagian umat Islam saat ini, merasa bahwa Islam adalah satu-satu nya agama yang berhak atas bumi dan menjadi agama bumi, sehingga siapapun di luar Islam adalah salah dan musuh. Membunuh orang-orang nonislam dianggap sebagai bagian dari perintah agama atau jihad. Mereka lupa bahwa perbedaan adalah sunatullah, Tuhanlah yang menciptakan bumi ini bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, untuk melihat siapakah yang paling beriman diantara semuanya. Orang yang memahami Islam seperti ini masih sangat banyak jumlahnya, mereka melakukan teror, membunuh, dan sebagainya, terutama terhadap orang-orang nonislam. Lalu, bukankah tidak salah jika ada negara atau manusia yang beranggapan bahwa Islam radikal dan membahayakan kedamaian dunia? Memang tidak semua umat Islam demikian, tetapi bukankah mereka juga mengaku sebagai orang Islam? Merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah perintah Islam? Terlepas dari kesalahan atas penafsiran yang mereka lakukan, tapi dunia melihat itu dilakukan oleh orang Islam.

Amerika sendiri adalah negara yang merasakan dampak dari ulah umat Islam itu secara lansung, puncaknya adalah serangan bunuh diri terhadap World Trade Center (WTC) pada tahun 2001 yang menewaskan 2.977 orang dan lebih dari 6.000 orang luka-luka. Orang Islam atas pimpinan Osama bin Laden dianggap yang bertanggung jawab. Bahkan tidak berhenti sampai disitu, masih banyak kasus bunuh diri atau penembakan lain terjadi di Amerika yang dilakukan oleh orang Islam. Sebagai negara yang sangat menghargai nasionalisme, juga sebagai negara yang sangat mencintai warga negaranya, bukankah wajar jika (seandainya benar) Trump sebagai presiden Amerika ingin melindungi warganya dengan melarang umat Islam untuk masuk ke Amerika?

Maksud dari tulisan ini adalah mari kita mencoba mengintropeksi diri atas apa sesungguhnya yang terjadi pada agama Islam selama ini, mengapa Islam menjadi agama yang menakutkan bagi pemeluk agama lain? Bukankah Islam mengajarkan sebagai agama rahmatan lil 'alamin.

 

Oleh: Despan Heryansyah

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Hukum UII YOGYAKARTA

Peneliti pada Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum UII

Ikuti tulisan menarik Despan Heryansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB