x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Banjir di Kota Bogor, ke Mana Wali Kota Bima Arya?

Banjir bandang di SMAN 2 Bogor kemarin, sekali lagi mengindikasikan bahwa Kota Bogor sudah mengalami krisis ekologi. Kemana Walikotanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rabu, 1 Februari 2017, di blog ini (indonesiana.tempo.co), saya memberanikan diri menulis surat terbuka kepada Pak Walikota Bima Arya. Secara ringkas, isi surat terbuka itu saya ingin menginformasikan bahwa Kota Bogor rentan terjadi bencana ekologi. Bencana ekologi itu berupa banjir dan polusi udara dari asap kenalpot kendaraan bermotor (Surat Terbuka untuk Walikota Bogor Bima).

Kemarin sore (27/2), hampir sebulan setelah surat terbuka kepada Walikota Bogor Bima Arya itu ditulis, bencana ekologi benar-benar terjadi. Banjir bandang menerjang SMAN 2 Bogor. Teriakan histeris mewarnai sekolah menengah itu, saat banjir bandang menerjang SMAN 2 Bogor. Lokasi SMAN 2 Bogor tak jauh dari Jalan Sholeh Iskandar, yang sekarang sedang dibangun jalan tol baru.

Banjir bukan hanya terjadi di SMAN 2 Bogor. Di perumahan Tamansari Persada Banjir juga kembali terjadi kemarin (27/2). Beberapa motor mogok saat banjir menerjang jalanan perumahan itu. Banjir memang kerap menerjang perumahan ini. Meskipun sudah sering banjir, namun pemerintah kota Bogor, seperti membiarkan kondisi itu terus berlanjut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kota Bogor adalah kota hujan. Sebagai kota dengan intensitas hujan yang tinggi seharusnya kota ini memperbanyak daerah resapan air, sehingga lebih banyak air hujan yang meresap di dalam tanah. Atau tidak semua air hujan masuk ke sistem drainase. Seberapa bagusnya sistem drainase, tidak akan bisa optimal menampung air yang terus bertambah karena makin banyaknya air larian (run off) di setiap turun hujan.

Volume run off di Kota Bogor akan terus meningkat seiring dengan maraknya pembangunan yang menggusur daerah resapan air. Maraknya alih fungsi lahan hijau menjadi perumahan adalah salah satu penyebabnya. Kondisi ini sebenarnya bisa diatasi bila Walikota Bogor berani mengendalikan alih fungsi lahan yang masif di kota hujan ini. Instrumen Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) bisa digunakan untuk pengendalian ini.

Banjir bandang di SMAN 2 Bogor kemarin, sekali lagi mengindikasikan bahwa Kota Bogor sudah mengalami krisis ekologi. Pertanyaannya, di saat Kota Bogor mengalami krisis ekologi kemana Walikota Bogor DR. Bima Arya? Kehadiran sang Walikota Bogor penting, bukan saat terjadinya bencana, tapi justru saat sebelum bencana itu datang. Kehadirannya pun tidak harus ditandai secara fisik, namun dalam bentuk kebijakan publik yang dapat memulihkan Kota Bogor dari krisis ekologi.

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler